Sumber: https://www.facebook.com/tasawufunderground
Menurut Imam Al-Ghazali, dalam sebuah riwayat israiliyat, Allah pernah
berfirman, “Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, jika seluruh penghuni
langit dan bumi memohon syafaat untuknya, Aku tetap tidak menerima
tobatnya, karena manisnya perbuatan dosa yang ia lakukan masih tersisa
di hatinya.”
Mungkin engkau akan berkata bahwa secara naluriah, perbuatan dosa itu umumnya sangat disukai, maka bagaimana mungkin ia merasakan pahitnya?
Imam Al-Ghazali memberi analogi yang menarik: “Ada seseorang minum madu
yangmengandung racun, tapi ia tidak apa-apa saat itu, bahkan sebaliknya
malah merasan lezat. Tetapi, belakangan hari, ia tiba-tiba jatuh sakit
yang cukup lama akibat efek racun tersebut, sampai semua rambutnya
rontok dan anggota tubuhnya lumpuh.
Dalam kondisi demikian, apabila
dihidangkan jenis madu yang sama, mungkin ia akan menolak, meski sudah
dijelaskan bahwa sudah tidak ada racun di dalam madu tersebut. Orang itu
akan berasalan bahwa ia sama-sama madu. Begitulah perumpamaan orang
yang bertobat dari dosa-dosanya, Ia merasakan betapa pahitnya dosa itu,
apalagi jika ia sadar bahwa setiap perbuatan dosa rasanya seperti madu,
tapi efeknya adalah racun yang sangat berbahaya.
Maka, tobat
belumlah dikatakan tulus dan benar jika tidak berdasarkan keyakinan
semacam ini. Sungguh jarang orang yang punya keyakinan seperti ini.
Karena itu, engkau pasti sering melihat orang yang berpaling dari Allah,
menganggap sepele dosa dan keras kepala untuk terus menerus
melakukannya.”
--Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Tawbah, Ihya ‘Ulumuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar