Selasa, 14 November 2017

MEMBUKA TABIR KEGAIBAN SHALAT

RAHASIA SHALAT MENURUT IMAM AL-GHAZALI
Salah satu kitab yang mengulas panjang lebar tentang rahasia shalat adalah Kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali pada bab Asrarus-Shalah wa Muhimmatuha. Kitab inilah salah satu dasar pengajaran tentang teknik shalat khusyusuk yang diajarkan ulama Nusantara dari zaman ke zaman. Para wali menjadikan kitab ini sebagai rujukan utama dalam menanamkan kedalaman makna batin dalam shalat sesuai ilmu syariat dan hakikat.

Menurut Imam Al-Ghazali—dengan mengutip ulama dahulu—mengatakan: “Perumpamaan seorang yang shalat adalah seperti seorang pedagang; tidak akan memperoleh laba, kecuali dia menyediakan modal untuk dagangannya itu. Demikian pula, seseorang yang mengerjakan shalat, tidak akan diterima dari shalat sunnahnya, sampai dia melaksanakan shalat fardhunya.” Sungguh, waktu shalat adalah panggilan jiwa yang harus dipersiapkan. Ini adalah waktu khusus yang diberikan oleh Allah kepada kaum beriman untuk menghadap-Nya, berkomunikasi dengan-Nya, bermunajat kepada-Nya.
Pernah diriwayatkan bahwa Sayyidna Ali bin Abi Thalib r.a. ketika tiba saat shalat, tubuhnya gemetar dan wajahnya berubah. Ketika ditanyakan mengenai hal itu, dia menjawab: “Telah tiba waktu untuk melaksanakan amanat yang ditawarkan oleh Allah pada langit, bumi dan gunung-gunung. Mereka semua menolaknya karena khawatir tidak mampu memikulnya, tetapi kini aku memikulnya.”
Sayyidna Ali bin Abi Thalib r.a. ingin mengajarkan kepada kita betapa besarnya nilai ibadah shalat, sebab ia merupakan amanat terbesar yang harus dipikul sebagai hamba. Melalui shalat diri manusia menerima kekhilafahannya di dunia. Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali r.a., ketika selesai wudhu wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Pernah suatu ketika keluarganya menanyakan hal tersebut kepadanya, “Mengapa engkau seperti itu ketika selesai wudhu?” dia menjawab, “Tidakkah kalian tahu di hadapan siapa aku akan berdiri?”
Sungguh, shalat adalah media pertemuan dengan Allah yang telah ditetapkan waktunya secara khusus. Shalat bagi hamba tertentu menjadi komunikasi rahasia tersendiri. Karenanya, bagi orang-orang tertentu merasa tak cukup untuk shalat berjamaah pada waktu shalat fardhu, dia akan menambah pertemuannya dengan Allah dengan memperbanyak shalat sunnah di waktu kesendiriannya, waktu yang sepi, waktu yang khusus antara dia dan Rabbnya. Shalatnya hanya ingin diketahui oleh Allah, malaikat, rasul dan hamba-hamba-Nya shaleh yang telah berada di alam barzakh. Secara sadar, orang jenis ini memahami dimensi barzakh yang dimasukinya di masa shalat. Sa’id bin Musayyab mengatakan, “Barangsiapa yang shalat di tempat yang sepi, maka malaikat akan berdiri shalat di samping kanannya dan di samping kirinya. Jika dia (sebelum shalat) menyerukan azan dan iqamat, maka akan bershalat di belakangnya malaikat yang banyak jumlahnya.”
Shalat adalah waktu terbayarnya kerinduan seorang hamba kepada Sang Mahacinta; Allah SWT. Shalat adalah perjumpaan dengan Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Tak satu pun perangai manusia lebih disukai Allah daripada seseorang yang sangat ingin berjumpa dengan-Nya, dan tak ada saat bagi seseorang untuk lebih dekat kepada Allah daripada ketika dia bergerak menuju sujud.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Nasa’i)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Saat seseorang sedang bersujud adalah saat paling dekat kepada Allah. Maka, perbanyaklah doa oleh kalian di waktu itu.” (HR Muslim)
Imam Al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah bin Abbas, menurutnya Nabi Dawud a.s. dalam munajatnya bertanya-tanya, “Wahai Tuhanku, siapakan yang dapat menghuni rumah-Mu, dan shalat siapakah yang Engkau terima?”
Lalu, Allah SWT pun menurunkan wahyu kepadanya: “Wahai Dawud, sesungguhnya orang yang menghuni rumah-Ku dan Ku-terima shalatnya adalah orang yang merendahkan hatinya demi keagungan-Ku, melewatkan harinya dalam berdzikir kepada-Ku, mencegah dirinya dari nafsu syahwat demi menghormati-Ku, memberi makan orang yang lapar, menjamu perantau, dan mengasihani orang yang sakit. Orang seperti itulah yang cahayanya bersinar di langit dan bumi. Jika dia berdoa kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkan doanya, dan jika dia memohon dari-Ku, niscaya Aku memenuhinya. Aku akan menjadikan kebijakan dalam kejahilannya, ingat kepada-Ku dalam kelalaiannya, dan cahaya dalam kegelapannya. Perumpamaan orang itu, di antara manusia lainnya adalah seperti Taman Firdaus di Puncak Surga, yang tak akan kering sungainya dan tak akan membusuk bebuahannya.”
--Disarikan dari Kitab Asrar Ash-Shalah wa Muhimmatuha, kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.
############
Untuk memudahkan kajian tasawuf di forum ini, kami membantu Anda mendapatkan terjemah kitab-kitab tasawuf dari para guru-guru sufi terkemuka. Berikut ini daftar buku yang kami sediakan:
1. Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Hardcover Rp. 75.000, Softcover Rp 60.000.
2. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 80.000.
3. Fathu Rabbani, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 150.000.
4. Tahafut Al-Falasifah, Imam Al-Ghazali, Rp 95.000.
5. Dzikrul-Maut, Imam Al-Ghazali, Rp 80.000.
6. Minhajul 'Abidin, Imam Al-Ghazali, Rp 140.000.
7. Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali, Rp 60.000.
8. Risalah Al-Laduniyah, Imam Al-Ghazali, Rp 45.000.
9. Al-Mawa'izh fi al-Ahadis Al-Qudsiyyah, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
10. Mi'raj as-Salikin, Imam Al-Ghazali, Rp 65.000.
11. Al-Munqidz min Adh-Dhalal, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
12. Misykat Al-Anwar, Imam Al-Ghazali, Rp 50.000.
13. Ajaib al-Qalbi, Awwal min Rubb'al-Muhlikat, Imam Al-Ghazali, Rp 60.000.
14. Ikhtisar Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, Rp 165.000.
15. Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha'illah As-Sakandari, Rp 120.000.
16. Tahafut at-Tahafut, Ibnu Rusyd, Rp 55.000.
17. Nashaihul-Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani, Rp 75.000.
18. Maraqi al Ubudiyyah, Syekh Nawawi al Bantani, Rp 75.000
19. Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin, Imam al-Ghazali, Rp 75.000
20. Asrar Ash-Shalah wa Muhimmatuha, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
21.Futuhul Ghaib, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 45.000.
22. Tafsir Surah Yasin (Tafsir Al-Jailani), Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 45.000.
23. Risalatul-Amin fi al-Wushuli li Rabb al-Alamin, Syekh Abu Hasan Asy-Syadvczili, Rp 60.000.
24. Al-Madrasah Asy-Syadiliyah Al-Haditsah, Syekh Abdul Halim Mahmud, Rp 55.000.
25. Asraru Thaharah (Futuhat Makiyyah) Syekh Ibnu Arabi, Rp 65.000.
26. Al-Mawaizh Imam Hasan Al-Bashri, Rp 25.000.
Untuk order, silakan hubungi Bu Ina melalui telpon/Watsapp 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim.
Demikian informasi ini kami sampaikan, semoga bermanfaat dan mendapat berkah Ilahi.
Salam
Halim Ambiya
Pendiri dan Admin Tasawuf Underground

Rabu, 08 November 2017

FRESH FROM THE OVEN KITAB SIRRUL ASRAR


SIRRUL ASRAR (Rasaning Rasa) Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Alhamdulillah. Kitab Sirrul Asrar berhasil dicetak kembali. Bagi para sahabat Tasawuf Underground yang telsh memesan, silakan tunggu pengiriman buku via JNE. Pengiriman dimulai tanggal 2 November 2017. Moga berkah dan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.

"Buku ini adalah rujukan utama ilmu tasawuf. Sulthanul Auliya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, mengupas secara mendalam tentang makna-makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat yang dibutuhkan bagi umat Islam."
--Prof Dr. KH Nasaruddin Umar MA.

RUJUKAN KITAB TASAWUF
Kitab ini diterjemahkan oleh Guruku, Allahu yarham, KH Zezen Zainal Abidin Al-Bazul Asyhab, TQN Suryalaya. Ini adalah buku panduan mujahadah bagi para pencari kebenaran dalam madrasah tasawuf. Penerjemahnya adalah seorang penyelam dalam ilmu tasawuf sehingga membantu kita memahami makna-makna batin yang dalam.

Atas permintaan banyak sahabat dan demi melangsungkan syiar seperti amanat Pangersa Uwak KH Zezen, buku ini kembali diterbitkan.

Di dalam kitab ini dijelaskan tentang hakikat dzikir, khalwat, 'uzlah, dan berbagai tema lainnya. Buku ini memandu para salik menempuh jalan sufi agar mudah dan cepat menuju puncak ilmu dan iman hingga selalu merasa hadir bersama Allah SWT (hudhur), atau minimal sadar bahwa Allah SWT hadir bersama kita. Sangat tepat untuk menambah wawasan dalam berguru kepada Sang Mursyid.

Pengarang : Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Penerjemah : KH. Zezen ZA Bazul Asyhab
Penerbit : Salima Publika dan Pustaka Azzainiyyah.

Harga Hardcover Rp 75.000, Softcover Rp 60.000. (Belum termasuk Ongkir)
Cetakan Terbatas. Pre Order Periode I, dari tanggal 18 Oktober - 2 November 2017.

TERJEMAH KITAB-KITAB TASAWUF
Untuk memudahkan kajian tasawuf di forum ini, kami juga membantu Anda mendapatkan terjemah kitab-kitab tasawuf dari para guru-guru sufi terkemuka. Berikut ini daftar buku yang kami sediakan:
1. Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Hardcover Rp. 75.000, Softcover Rp 60.000.
2. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 65.000.
3. Fathu Rabbani, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 115.000.
4. Tahafut Al-Falasifah, Imam Al-Ghazali, Rp 95.000.
5. Dzikrul-Maut, Imam Al-Ghazali, Rp 109.000.
6. Minhajul 'Abidin, Imam Al-Ghazali, Rp 127.000.
7. Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
8. Risalah Al-Laduniyah, Imam Al-Ghazali, Rp 45.000.
9. Al-Mawa'izh fi al-Ahadis Al-Qudsiyyah, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
10. Mi'raj as-Salikin, Imam Al-Ghazali, Rp 65.000.
11. Al-Munqidz min Adh-Dhalal, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
12. Misykat Al-Anwar, Imam Al-Ghazali, Rp 50.000.
13. Ajaib al-Qalbi, Awwal min Rubb'al-Muhlikat, Imam Al-Ghazali, Rp 50.000.
14. Ikhtisar Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, Rp 165.000.
15. Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha'illah As-Sakandari, Rp 120.000.
16. Tahafut at-Tahafut, Ibnu Rusyd, Rp 55.000.
17. Nashaihul-Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani, Rp 75.000.
18. Maraqi al Ubudiyyah, Syekh Nawawi al Bantani, Rp 75.000
19. Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin, Imam al-Ghazali, Rp 75.000

Untuk order, silakan hubungi Bu Ina melalui telpon/Watsaap 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim.

Demikian informasi ini kami sampaikan, semoga bermanfaat dan mendapat berkah Ilahi.
Salam

Halim Ambiya
Pendiri dan Admin Tasawuf Underground

Sabtu, 04 November 2017

HALAQAH SUFI TASAWUF UNDERGROUND

#KOPDAR TASAWUF UNDERGROUND
"Mengaji Wahdatul-Wujud Syekh Ibnu Arabi" bersama Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA.

Selama ini konsep pemikiran dan ajaran Syekh Ibnu Arabi seringkali disalahartikan. Bahkan, sering kali beliau dianggap sesat oleh kalangan yang berpahaman sempit. Pro dan kontra pun bertambah panjang. Wahdatul-wujud dianggap bertentangan dengan akidah Islam.

Padahal, wahdatul-wujud berbeda dari konsep panteisme (‘Tuhan menyatu dengan alam’). Namun masih ada yang mengatakan Wahdat al-wujud berasal dari doktrin trinitas agama nasrani. Wahdat al-wujud adalah spirit pluralisme agama dan banyak penafsiran lainnya.

Sebenarnya, Syekh Ibnu Arabi menjelaskan Tauhid Sufi dengan cara yang lebih cerdas dan filosofis. Ini sebenarnya menguatkan bangunan teori akidah Asy'ariyah dan mazhab Ahlussunah Wal Jamaah.

Kata wahdah ( وحدة) berarti ‘satu’ atau ‘kesatuan’ dan al-wujud (الوجود ) artinya ‘wujud’ atau ‘ada’. Diterjemahkan kesatuan wujud (yang Ada). Al-wujud menggunakan isim ma’rifah yang bermakna wujud yang sudah jelas. Artinya al-wujud yang dimaksud disini adalah Allah. Makna ini disepakati oleh Para ulama sufi. Kata al-wujud hanya milik Allah dan dinisbahkan hanya kepadaNya sebagai wajib al-wujud. Kata al-wujud tidak bisa dilekatkan pada makhluk, Karena makhluk itu bersifat sementara, fana dan akan musnah.

Sedangkan, secara istilah wahdat al-wujud bisa diartikan yaitu kesatuan wujud (Allah) atau satu-satunya wujud hanyalah Allah. Jika dipahami secara detail, maka makna wahdatul wujud  hanya dapat dimengerti apabila pemahaman Tauhid sudah berada pada tingkatan khawwas.

Bagi kaum sufi, wahdatul-wujud, wihdatus-syuhud, hulul, fana, mahabbah dan makrifatullah itu adalah perkara sudut pandang soal rasa. Seperti menikmati suguhan buah apel. Masing-masing menikmati dengan citra rasa berbeda; manis, asem-manis, asem-manis-sepet, atau rasa lain yang susah didefinisikan. Begitu juga tentang aroma dari apel tersebut.

Dan, dari zaman ke zaman, pemikiran dan gaya bahasa beliau tentang tauhid ini sangat memikat dan mengasyikan, tetapi sekaligus sering dianggap membingungkan.

Bagaikan orang memasuki kebun besar, ia mendapatkan berbagai jenis pepohonan dengan aroma bunga segar dan pemandangan indah alam surgawi - namun ia bisa merasa was-was oleh kemungkinan adanya berbagai bahaya yang selalu membuntutinya, seperti tersesat jalan atau terperangkap dalam gelap malam.

Prof Dr. Kautsar Azhari Noer, MA membimbing kita pada pandangan Syekh Ibnu Arabi yang sebenarnya. Dia ingin mengeluarkan kita dari paradoks seperti itu. Beliau adalah salah satu pakar dari sedikit orang di Indonesia yang memahami konsep pemikiran Syekh Ibnu Arabi. Melalui riset dan karya-karya akademiknya, kita bisa belajar menyelami ajaran tasawuf dengan mudah, sehingga diharapkan agar para salik dan masyarakat umum mendapat tambahan bekal dan wawasan ilmu yang cukup.

Acara akan diselenggarakan di Kafe Sufi Tasawuf Underground:
Jl Inpres No 70 A, Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Minggu, 12 November 2017
Pukul: 10.00-16.00 WIB
Konfirmasi: Ust Mukhtaruddin telp/Watsap: 0896-29-953-953.

Rangkaian acara:
1.) Shalawat & Dzikir 10.00-10.30 WIB

2.) Ramahtamah Kopi Bareng/ Makan siang 10.30-12.00 WIB

3) Shalat Dzuhur di Masjid Ruhama 12.00 - 12.30 WIB

4.) Mengaji Wahdatul-Wujud Syekh Ibnu Arabi bersama Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA. 12.30- 15.00.WIB

5) Diskusi Tasawuf dipimpin Ust Halim Ambiya. 15.00-16.00WIB

Semoga Allah SWT memudahkan jalan bagi kita dalam membuka pintu-pintu makrifat. Semoga forum ini menambah jalinan persaudaraan, saling berbagi ilmu dan pengalaman, serta berbagi berkah dalam meniti jalan hikmah. Semoga kita selalu mendapat ridha Ilahi.
Salam

Halim Ambiya
Pendiri & Admin TU

KITAB SIRRUL ASRAR KEMBALI HADIR

SIRRUL ASRAR (Rasaning Rasa)
"Buku ini adalah rujukan utama ilmu tasawuf. Sulthanul Auliya, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, mengupas secara mendalam tentang makna-makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat yang dibutuhkan bagi umat Islam."
--Prof Dr. KH Nasaruddin Umar MA.

RUJUKAN KITAB TASAWUF
Kitab Sirrul Asrar wa Mazharul Anwar karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani ini diterjemahkan oleh Guruku, Allahu yarham, KH Zezen Zainal Abidin Al-Bazul Asyhab, TQN Suryalaya. Ini adalah buku panduan mujahadah bagi para pencari kebenaran dalam madrasah tasawuf. Penerjemahnya adalah seorang penyelam dalam ilmu tasawuf sehingga membantu kita memahami makna-makna batin yang dalam.

Atas permintaan banyak sahabat dan demi melangsungkan syiar seperti amanat Pangersa Uwak KH Zezen, buku ini kembali diterbitkan.

Di dalam kitab ini dijelaskan tentang hakikat dzikir, khalwat, 'uzlah, dan berbagai tema lainnya. Buku ini memandu para salik menempuh jalan sufi agar mudah dan cepat menuju puncak ilmu dan iman hingga selalu merasa hadir bersama Allah SWT (hudhur), atau minimal sadar bahwa Allah SWT hadir bersama kita. Sangat tepat untuk menambah wawasan dalam berguru kepada Sang Mursyid.

Pengarang : Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
Penerjemah : KH. Zezen ZA Bazul Asyhab
Penerbit : Salima Publika dan Pustaka Azzainiyyah.

Harga Hardcover Rp 75.000, Softcover Rp 60.000. (Belum termasuk Ongkir)
Hubungi Bu Ina via Watsaap 08122476797

TERJEMAH KITAB-KITAB TASAWUF
Untuk memudahkan kajian tasawuf di forum ini, kami juga membantu Anda mendapatkan terjemah kitab-kitab tasawuf dari para guru-guru sufi terkemuka. Berikut ini daftar buku yang kami sediakan:
1. Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Hardcover Rp. 75.000, Softcover Rp 60.000.
2. Al-Ghunyah li Thalibi Thariq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 65.000.
3. Fathu Rabbani, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Rp 115.000.
4. Tahafut Al-Falasifah, Imam Al-Ghazali, Rp 95.000.
5. Dzikrul-Maut, Imam Al-Ghazali, Rp 109.000.
6. Minhajul 'Abidin, Imam Al-Ghazali, Rp 127.000.
7. Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
8. Risalah Al-Laduniyah, Imam Al-Ghazali, Rp 45.000.
9. Al-Mawa'izh fi al-Ahadis Al-Qudsiyyah, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
10. Mi'raj as-Salikin, Imam Al-Ghazali, Rp 65.000.
11. Al-Munqidz min Adh-Dhalal, Imam Al-Ghazali, Rp 55.000.
12. Misykat Al-Anwar, Imam Al-Ghazali, Rp 50.000.
13. Ajaib al-Qalbi, Awwal min Rubb'al-Muhlikat, Imam Al-Ghazali, Rp 50.000.
14. Ikhtisar Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, Rp 165.000.
15. Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha'illah As-Sakandari, Rp 120.000.
16. Tahafut at-Tahafut, Ibnu Rusyd, Rp 55.000.
17. Nashaihul-Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani, Rp 75.000.
18. Maraqi al Ubudiyyah, Syekh Nawawi al Bantani, Rp 75.000
19. Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin, Imam al-Ghazali, Rp 75.000

Untuk order, silakan hubungi Bu Ina melalui telpon/Watsaap 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim.

Demikian informasi ini kami sampaikan, semoga bermanfaat dan mendapat berkah Ilahi.
Salam

Halim Ambiya
Pendiri dan Admin Tasawuf Underground

Minggu, 19 Februari 2017

BELAJAR ILMU TAUHID

PAHAMILAH TAUHID PARA GURU SUFI
Imam Al-Qusyairi mengatakan:
“Ketahuilah, wahai hamba-hamba yang dikasihi Allah, sesungguhnya para guru kaum sufi telah membangun kaidah-kaidah ajaran sufi di atas prinsip ketauhidan yang benar. Mereka menjaganya dari bid’ah; mendekatkannya dengan tauhid yang mereka peroleh dari para salaf dan ahli sunnah. Ajarannya tidak mengandung unsur tasybih maupun ta’thil. Mereka mengerti apa yang menjadi hak Allah Dzat Yang Mahadahulu. Mereka memahami benar ‘ketiadaan’ yang menjadi karakter dasar makhluk. Oleh karena itu, seseorang guru kaum sufi, Imam al-Junaid, semoga Allah selalu merahmatinya, berkata, “Tauhid adalah pengesaan Tuhan yang Mahadahulu oleh makhluk ciptaan-Nya.”

Kaum sufi menguatkan dasar-dasar keyakinan akidah mereka dengan dalil-dalil yang jelas dan bukti-bukti yang kuat. Dalam hal ini Imam Ahmad bin Muhammad al-Jariri—semoga Allah merahmatinya—berkata, “Barangsiapa belum mengusai ilmu tauhid beserta argumen-argumennya, maka telapak kaki yang tertipu pasti akan tergelincir ke dalam kerusakan hawa nafsu.”

Artinya, barangsiapa yang hanya mengandalkan taklid dan tidak berusaha merenungi argumen-argumen tauhid, dia akan menyimpang dari jalan yang dapat menyelamatkannya dan tertawan di lembah kerusakan. Sedangkan bagi orang yang mau merenungi pernyataan-pernyataan para guru sufi lalu mengamatinya dengan seksama, secara keseluruhan maupun sebagiannya, maka ia akan menjumpai sesuatu yang menjadi kuat dengan perenungannya, bahwa kaum sufi tidak dapat melalaikan hakikat kebenaran dan tujuan akhir dan mereka tidak akan dapat mengalami peningkatan ruhaniyah (mi’raj) dalam pencariannya dengan berpijak pada kelalaian.”

—Risalah Al-Qusyariyah, Imam Al-Qusyairi An-Naisaburi

NASEHAT DARI SHULTANUL AWLIA

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Kebanyakan dari kalian tidak bersentuhan dengan kenyataan. Kalian berpura-pura mempraktikkan Islam, sedangkan pada kenyataannya kalian tidak mengamalkannya secara sungguh-sungguh.  Celakalah kalian! Kalian hanya menyandang nama Islam saja, tetapi tidak mendatangkan kebaikan apa pun karena kalian melalaikannya.

Kalian mungkin melaksanakan syariat, tetapi hanya pada lahirnya saja, tanpa pengamalan batin. Pengamalanmu hanya di lapisan lahir sehingga  tak bernilai sama sekali. Bentuk lahiriah kalian mungkin berada di mihrab, tetapi wujud batin kalian sedang pamer (riya) dan kalian sedang berbuat munafik. Dari permukaan kalian dipandang shaleh dan penuh pengabdian kepada Allah, padahal kenyataannya tidak karena wujud batin kalian penuh dengan hal-hal haram.
Kalian mungkin melihat diri kalian bersih dari noda dalam padangan para ahli syariatm tetapi bagaimana mungkin kalian dapat lolos dari keadaan tak tercela pada pandangan para ahli ilmu (ahlul-‘ilm). Para ahli ilmu mampu melihat mereka dengan cahaya Allah dan mengenali Kebenaran (Al-Haqq).

Jika dilihat oleh mata kaum awam, mungkin kalian adalah orang-orang yang melaksanakan shalat, berpuasa, selalu bertasbih, membayar zakat, menunaikan haji, berprilaku warak, bertakwa dan zuhud. Namun sebaliknya, jika dilihat oleh ahlul-‘ilm, kalian adalah orang-orang munafik, dajjal, dan penghuni neraka. Mereka mampu melihat puing-puing kehancuran rumah-rumah kalian dan bangunan agama kalian. Mereka mampu melihat tanda-tandanya melalui wajah-wajah kalian. Namun, untuknya mereka tidak mengatakan apa pun kepada kalian. Kedekatannya kepada Allah membuat mereka telah menutup mulut mereka . Karena perindungan-Nya telah membuat lidah-lidah mereka tertahan.

Karena itu, kalian harus mengamalkan hakikat Islam, agar iman bisa datang kepada kalian secara sempurna, kemudian mampu menumbuhkan keyakinan kalian, memahami makrifatullah, mampu melakukan munajat dan muhadatsah kepada-Nya. Maka, gunakan akal sehat kalian! Janganlah kalian puas hanya dengan bentuk-bentuk luar ibadah semata. Kerjakanlah kewajiban-kewajiban kalian, lakukan dengan tulus, sebab dengan begitu kalian akan diselamatkan.”

—Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir

Sabtu, 11 Februari 2017

PESAN SUCI SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan:
“Bagi orang-orang yang benar-benar jujur (shadiq), dia tidak dapat bergerak ke belakang. Dia selalu bergerak ke depan. Dia hanya memiliki depan, tanpa belakang. Dia tak pernah berhenti berprilaku jujur dan ikhlas sehingga setitik debunya  menjadi gunung, setetes airnya menjadi lautan, jatahnya yang kecil menjadi sangat besar, lampunya menjadi matahari, dan bungkusnya menjadi isi.
Jika engkau beruntung bertemu dengan seseorang yang benar-benar jujur seperti itu, maka engkau harus selalu dekat dengannya kemanapun ia membawamu. Jika engkau beruntung bertemu dengan seseorang yang mempunyai obat untuk menyembuhkan penyakitmu, maka engkau harus mendekatinya sepanjang waktu.

Jika engkau cukup beruntung bertemu dengan seseorang yang bisa menunjukkan kepadamu bagaimana cara menemukan kembali kesempatan yang telah engkau sia-siakan pada sesuatu yang tak lebih baik daripada sampah, maka engkau harus mendekatinya—benar-benar dekat!

Tapi, boleh jadi, engkau tak akan pernah mengenal orang-orang yang seperti itu, sebab mereka tak lebih dari segelintir manusia yang langka. Bungkus luarnya mungkin banyak, tetapi isinya hanya sedikit. Cangkangnya mungkin berada di tempat-tempat pembuangan sampah umum, tetapi isinya berada di gudang pribadi sang pemilik tanah. Setiap kali hati diisi dengan hal-hal duniawi, syahwat, hawa nafsu badani, maka hati itu akan menjadi hanya sekadar cangkang, yang tak akan cocok untuk tujuan apa pun di luar dunia yang rendah ini. Selama engkau masih menemukan dalam hatimu sifat dan perbuatan kotoran makhluk, maka engkau akan merasa menderita karena hukuman.

Allah SWT berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka, dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Pemberi rezeki, Yang Mahakuat lagi Mahakokoh.” (QS Adzariyat: 56-58)

—Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir