Jumat, 31 Oktober 2014

BELAJAR TENTANG MEDAN MAGNET TUHAN

Oleh: Halim Ambiya


DIALOG SOR BAUJAN (Di bawah Pohon Trembesi)
Salik (S):Mengapa Rasulullah beristigfar berkali-kali dalam sehari?
Matin (M): Karena Nabi juga manusia biasa.
S: Bukankah Nabi itu ma'sum (terjaga)?
M: Ya. Beliau sangat sadar bahwa dirinya hanya seorang hamba.
S: Maksudnya?
M:Dia sangat sadar bahwa sebagai manusia biasa pasti akan melakukan kesalahan, disadari atau tidak.
S: Loh, kalau begitu beliau tidak ma'sum dong?
M: Justru karena beliau ma'sum, jadi sangat hati-hati. Tidak seperti kita, baru mendapat pengawal pribadi, kemudahan akses dan fasilitas saja sudah sombongnya minta ampun.
S: Lalu, letak istigfarnya untuk apa jika beliau pasti diampuni dan pasti dijaga oleh Allah?
S: Istigfar itu bentuk penghambaan dan pengakuan kita sebagai hamba, yang lemah dan tak berdaya.
S: Jadi, semakin seseorang memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka ia akan semakin menghamba di depan Tuhan?
M: Yup. Semua Nabi beristigfar, selalu dan selalu menunjukkan di depan Allah bahwa mereka lemah.
S: Bukan hanya istigfar karena telah melakukan salah dan dosa saja?
M: Betul.Sebab, istigfar adalah bentuk penghambaan.
S: Ada analogi yang paling cocok nggak untuk menggambarkan hal itu? Sorry, masih bingung.
M: Begini Bro, misalnya ada 2 batang lempengan magnet. Satu magnet kita ibaratkan Tuhan dan magnet yang lain kita ibaratkan makhluk.Nah,lempengan magnet pasti 2 kutub berbeda; utara dan selatan. Kalau kita katakan utara adalah benar dan selatan adalah salah. Maka, magnet Tuhan pasti selalu mengarahkan pada utara. Sebab Tuhan selalu benar. Lalu, jika seorang makhluk datang dan mendekati Allah dengan selalu merasa benar atau mengarahkan kepada Tuhan dengan kutub utara kepada Allah, maka ia akan mental, sebab Dia selalu pada posisi utara (benar).
S: Hahahaha.Bisa saja?!
M: Jadi, seseorang harus membalikkan diri dan mengakui kesalahan dan kelemahan saat mendekati dan mengarahkan kepada Allah, yakni dengan kutub selatan. Agar langsung nempel dan melekat dengan kutub utara Tuhan. Ia akan bersatu.
S: Hahahaha. Bener-benar. Tapi, apakah kita harus salah dulu?
M: Bukan, tapi mengakui kesalahan, kebodohan, kelalaian dan kelemahan bahwa kita hanyalah hamba Allah. Sebab, kita hanya manusia biasa, tak punya alat deteksi kesalahan seperti malaikat. Pasti akan ada kesalahan dalam diri kita. Apa pun itu.
S: Jadi, sebenarnya istigfar Nabi salah satunya karena alasan itu.
M: ya ini hanya pendapat saya. Lo kan tanya gua?!
S: Lalu, kalau kita pakai kutub selatan dan Tuhan kutub utara, kita kan nempel atau bersatu?
M: Menempel dan menyatu.
S: Jadi, ketika kutub selatan kita menempel pada kutub utara Tuhan, maka kutub utara kita jadi kutub utara Tuhan dong?
M: hehehehe.
S: hmmmm. Nanti dulu.
M: Coba saja!
S: Iya...iya...
M: Kenapa?
S: Makanya, Al-Quran dan Hadis pernah menyebutkan bahwa Tuhan akan menjadi telinga apa yang kita dengar, menjadi mata apa yang kita lihat.
M: Betul. Jadi, akui saja bahwa kita ini pasti salah, dosa, lemah, kecil dan tidak ada apa-apa di depan Allah. Jika itu bisa dilakukan, maka langsung menempel.
S: Astagfirullah-al-azhim. Astagfirullah. Astagfirullah.

Ikuti terus renungan hikmah di Tasawuf Underground, kunjungi: www.facebook.com/tasawufunderground

MEMBEDAKAN MADU DAN RACUN DOSA

Sumber: https://www.facebook.com/tasawufunderground

Menurut Imam Al-Ghazali, dalam sebuah riwayat israiliyat, Allah pernah berfirman, “Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku, jika seluruh penghuni langit dan bumi memohon syafaat untuknya, Aku tetap tidak menerima tobatnya, karena manisnya perbuatan dosa yang ia lakukan masih tersisa di hatinya.”
Mungkin engkau akan berkata bahwa secara naluriah, perbuatan dosa itu umumnya sangat disukai, maka bagaimana mungkin ia merasakan pahitnya?
Imam Al-Ghazali memberi analogi yang menarik: “Ada seseorang minum madu yangmengandung racun, tapi ia tidak apa-apa saat itu, bahkan sebaliknya malah merasan lezat. Tetapi, belakangan hari, ia tiba-tiba jatuh sakit yang cukup lama akibat efek racun tersebut, sampai semua rambutnya rontok dan anggota tubuhnya lumpuh.
Dalam kondisi demikian, apabila dihidangkan jenis madu yang sama, mungkin ia akan menolak, meski sudah dijelaskan bahwa sudah tidak ada racun di dalam madu tersebut. Orang itu akan berasalan bahwa ia sama-sama madu. Begitulah perumpamaan orang yang bertobat dari dosa-dosanya, Ia merasakan betapa pahitnya dosa itu, apalagi jika ia sadar bahwa setiap perbuatan dosa rasanya seperti madu, tapi efeknya adalah racun yang sangat berbahaya.
Maka, tobat belumlah dikatakan tulus dan benar jika tidak berdasarkan keyakinan semacam ini. Sungguh jarang orang yang punya keyakinan seperti ini. Karena itu, engkau pasti sering melihat orang yang berpaling dari Allah, menganggap sepele dosa dan keras kepala untuk terus menerus melakukannya.”
--Imam Al-Ghazali dalam Kitab At-Tawbah, Ihya ‘Ulumuddin

Kamis, 30 Oktober 2014

TELAH TERBIT TAFSIR AL-JAILANI KARYA SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI


TAFSIR AL-JAILANI
(terbit 2 jilid untuk tafsir juz 1 – 7 AlQur’an)



Kitab Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani, bisa menjadi rujukan bagi pembelajar ilmu tasawuf. Peminat tasawuf dapat mempelajari makna-makna Al Qur’an dengan batin dan ruh tasawuf dengan bimbingan Sulthonul Auliya ini. Bagai menyelami samudera syariat, thariqat, makrifat dari ayat ke ayat. Cocok sebagai referensi dalam berguru kepada Sang Mursyid.

“Dalam kitab ini, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak sekadar menafsirkan Al-Qur`an dengan pola tafsir yang hanya mengandalkan ilmu dan pemahaman seperti yang lazim terdapat dalam pelbagai kitab tafsir ...lain. Tetapi, tafsir ini lebih banyak bertumpu pada pemaparan ilhami yang menghidupkan ruh serta dapat menumbuhkan ketakwaan di satu sisi, dan di sisi lain mampu mengikat murid dengan gurunya, sehingga sang guru dapat terus meningkatkan kualitas murid hingga mencapai derajat setinggi mungkin.”
—Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani Al-Hasani
(Pendiri dan Penasehat Utama Markaz Al-Jailani Internasional, Pentahkik kitab Tafsir Al-Jailani)

• Selama 800 tahun Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani “hilang” atau “dihilangkan.”
• Karya ini ditemukan di Vatikan oleh cucu ke-25-nya, Syekh Dr. Muhammad Fadhil.
• Ayat demi ayat ditafsirkan dengan cara penuturan dan ungkapan yang mudah, singkat dan sistematis.
• Teknik penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (Al-Qur’an bi Al-Qur’an).
• Syekh AbdulQadir secara cerdas mengulas ayat-ayat tentang hukum, fiqih, tauhid, hadis dan tasawuf dengan terang dan jelas.
• Tafsir ini tergolong Tafsir Isyari—meski tidak semua ayat ditafsirkan secara isyari— disampaikan dengan mengagumkan, baik yang tersirat dalam alam dan tersurat dalam Al-Qur’an sangat sistematis, runtut, teratur dan sempurna.
• Karya ini dapat menjadi rujukan utama para salik dalam menempuh jalan sufi.
• Ketinggian ilmu hadis, syariat, fiqih, ilmu kalam, ulumul-Quran dan tasawuf yang dimiliki Syekh AbdulQadir mendudukan buku ini sebagai kitab Tasawuf tingkat tinggi (first class).
• Karya ini diterima dan tersebar di seluruh dunia Islam serta diakui oleh para ulama, seperti Syekh Dr. Ali Jumu’ah (Mufti Mesir), Mufti Syria, Mufti Libanon, serta para Syekh sufi seperti murabbi besar Syekh Youssef Riq al-Bakhour dan lain-lain.

“Semoga dengan penerjemahan dan penerbitan Tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam bahasa Indonesia/Melayu oleh Markaz Jailani Asia Tenggara, umat Islam di seluruh Nusantara dapat belajar, memahami dan mendalami ajaran-ajaran syariat, tarekat, makrifat dan hakikat dari ayat ke ayat dalam Al-Qur’an.”
—Syekh Rohimuddin Nawawi Al-Jahary Al-Bantani
(Penasehat Markaz Jailani Asia Tenggara dan Direktur Dar Al-Hasani, Kelantan Malaysia)

Spec Buku :
Hard Cover, Cet. I 2003.
Ukuran 17 X 24,5 Cm (2 Jilid / 7 Juz)
Jilid I: xxviii + 390 hlm, Jilid II: vi + 374
Harga untuk 2 jilid : Rp 230.000 (belum termasuk ongkos kirim)


--------------------------------------------
Kami membantu untuk mendapatkan kitab-kitab terjemah yang membahas makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat. Antara lain:
1)      Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Jailani, terjmh KH Zezen ZA Bazul Asyhab, hardcover, Rp 65.000.
2)      Tafsir Al-Jailani, karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani trjemah Tim Markaz Al-Jailani (2 jilid/6 Juz), hardcover, Rp 230.000.
3)      Fath Ar-Rabbani, Meraih Cahaya Ilahi, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, hardcover, Rp 115.000.
4)      An-Nafais Al-Uluhiyah (Guru Sufi Menjawab), softcover,harga Rp 54.000.
5)      SUNAN GUNUNG JATI: Petuah, pengaruh dan Jejak-jejak Sang Wali, karya Prof Dr. Dadan Wildan, softcover, Rp 55.000.
6)      Wasiat-wasiat Sufistik HASAN AL-BASHRI, softcover, Rp 25.000.
7)      Minhajul-‘Abidin, karya Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 110.000.
8)      Kitab At-Tawbah (dari Ihya Ulumuddin), Rahasia Tobat, Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 59.000.
9)      Kitab Ash-Shabr (dari Ihya Ulumuddin), Terapi Sabar, Imam Al-Ghazali, hardcover Rp 59.000.
10)   Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, hardcover, Rp 55.000.
11)   Asy-Syamaa’il Al-Muhammadiyah, Kepribadian Rasulullah SAW, Imam At-Tirmidzi,hardcover, Rp 68.000.
Untuk pemesanan hubungi Ibu Ina, via sms/wa: 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim

Rabu, 29 Oktober 2014

TAKWA DAN HAKIKAT DIRI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI




Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada pembukaan Surah An-Nisa dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan:
“Sungguh! Tidaklah tersembunyi bagi para Ahli Tauhid yang merenungi bagaimana Keesaan Dzat dapat meluas menjangkau pelbagai lembaran entitas yang bersifat mumkin (tidak mutlak), fana` (tidak kekal), dan berbatas, bahwa al-Haqq jalla jalâluh wa 'amma nawâluh –sesuai dengan ketunggalan Zat-Nya- selalu memanifestasi di setiap butir zarah yang ada di alam terkecil sekali pun, berdasarkan isti’dad (kesiapan) dan potensi pada alam untuk memansifestasikan semua sifat dan asma-Nya dalam kegaiban huwiyah (identitas kedirian)-Nya.
 Adapun manifestasi paling sempurna yang menghimpun semua jejak asma dan sifat-sifat Ilahiah secara detail tidak lain adalah Insan Kamil, Rasulullah SAW. Itulah sebabnya, Allah telah menciptakannya sesuai dengan citra-Nya, mengangkatnya menjadi khalifah di antara semua makhluk-Nya, memuliakannya di atas semua ciptaan-Nya, serta menganugerahinya berbagai kebaikan makrifat dan hakikat-Nya.
Zat Allah secara langsung mematangkannya, dan Dia pula yang memelihara dengan mengirimkan rasul-rasul serta menurunkan kitab-kitab suci-Nya agar darinya dapat termanifestasi segala kesempurnaan yang telah tersemat di dalam dirinya, yang merupakan manifestasi dari semua al-asmâ` al-husnâ dan ash-shifât al-ulyâ milik Allah. Sehingga ia layak bersemayam di martabah khilafah (sebagai khalifah Allah) dan niyabah (sebagai wakil Allah), serta menetap di tataran tauhid.
Itulah sebabnya Allah menyeru hamba-hamba-Nya sebagai nikmat bagi mereka agar mereka mau menerimanya, dan Allah berwasiat kepada mereka untuk bertakwa agar mereka menjadikan takwa sebagai pelindung dan lambang kehormatan.
Dengan nama Allah yang telah menunjukkan kepada orang yang Dia tunjuk sebagai khalifah, semua kesempurnaan-Nya sesuai dengan kekuasaan-Nya; Allah Maha Pengasih kepada sang khalifah dengan menghamparkan tingkatannya dan mewariskan martabah-nya; Allah Maha Penyayang kepadanya dengan memberinya petunjuk tentang tempat asalnya dan juga tempat kembalinya.
Allah SWT berfirman, “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan Dia menciptakan darinya isterinya; dan Dia memperkembang-biakkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian.” (QS An-Nisa: 1)
Wahai sekalian manusia, yang melupakan tempat asal yang sejati dan tempat tinggal yang hakiki, disebabkan gemerlap dunia yang menghalangi pencapaian kepadanya, kalian harus berhati-hati terhadap godaan-godaannya, dan kalian harus menghindari khayalannya, agar kalian tidak terjatuh dari martabah kalian yang sejati dan dari tempat kalian yang hakiki.
Bertakwalah hindarilah (dunia) dan carilah perlindungan kepada Tuhan kalian yang telah memelihara kalian dengan pemeliharaan terbaik. Dia telah menciptakan kalian. Dialah yang pertama menampilkan atau mengadakan (menciptakan) kalian dari diri yang satu, yaitu martabah fa’al yang meliputi semua martabah al-kauniyah (kosmis) dan al-kiyaniyah (entitas). "Diri yang Satu" ini tidak lain adalah al-Marâtib al-Jâmi'ah al-Muhammadiyyah yang disebut dengan nama al-'Aql al-Kulliy (Akal Universal) atau al-Qalam al-A'lâ (Pena Tertinggi), yang menyempurnakan batin dan aspek kegaiban kalian.
Dia menciptakan darinya melalui Perkawinan Simbolis (an-Nikâh al-Ma'nawiy) dan Pernikahan Hakiki (az-Zawâj al-Haqîqiy) yang terjadi antara berbagai sifat dan asma Ilahiah, isterinya, yaitu an-Nafs al-Kulliyyah (Jiwa Universal) yang siap menerima limpahan berbagai jejak yang muncul dari Awal yang Terpilih (al-Mabda` al-Mukhtâr) yang akan menggenapi aspek lahiriah dan penampakan kalian, sehingga manusia layak menjadi khalifah dan wakil Allah sesuai dengan lahir dan batin mereka;
Dan, setelah keduanya menjadi pasangan "suami-istri", Allah juga memperkembang-biakkan, menghamparkan dan menyebarkan dari keduanya juga dari "pernikahan" yang disebutkan tadi laki-laki yang banyak. Maksudnya, laki-laki berbagai fâ'il (subjek aktif) yang melimpahkan berbagai limpahan.  Dan, “perempuan” sebagai qâbil (penerima pasif) yang menerima berbagai limpahan. Masing-masing dengan perbedaannya pada berbagai detail munâsabah (saling bergantung, saling membutuhkan dan saling mengasihi) yang muncul di antara tajaliyat al-hubbiyyah  (tajalli cinta) sebagaimana yang dijelaskan oleh kitab-kitab suci dan para rasul.
Ketika Allah sang Pemilik (rabb) berbagai asma yang bermacam ragamnya sesuai dengan keragaman makhluk (marbûb) menyatakan dengan gamblang tentang ketuhanan-Nya yang mencakup semua sifat dan asma tanpa kerancuan sama sekali, untuk menegaskan perintah agar makhluk-Nya bertakwa, Dia pun berfirman: “Dan bertakwalah kepada Allah”, ini dimaksudkan agar kita berhati-hati dari segala yang dapat menyibukkan kita dari Allah subhânahu wa ta'âlâ, sebab Dia lebih dekat dengan kalian dibandingkan urat leher kalian sendiri.
Karena Dia yang kalian saling bertanya dan saling bersaing dengan-Nya. Kalian sering menduga-duga bahwa Dia jauh, disebabkan terlalu dekatnya Dia. Maka, peliharalah hubungan kekeluargaan yang lahir dari Perkawinan Simbolis dan Pernikahan Cinta sebagaimana yang telah dijelaskan-Nya. Sesungguhnya Allah yang Maha Meliputi kalian dan semua keadaan kalian. Sesungguhnya  Allah terhadap kalian  selalu mengawasi  dan menjaga. Dia menjaga kalian dari segala yang tidak berguna bagi kalian jika kalian bertawajuh kepada-Nya dengan ikhlas.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani, terj. Tim Markaz Al-Jailani.

--------------------------------------------
Kami membantu untuk mendapatkan kitab-kitab terjemah yang membahas makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat. Antara lain:
1)      Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Jailani, terjmh KH Zezen ZA Bazul Asyhab, hardcover, Rp 65.000.
2)      Tafsir Al-Jailani, karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani trjemah Tim Markaz Al-Jailani (2 jilid/6 Juz), hardcover, Rp 230.000.
3)      Fath Ar-Rabbani, Meraih Cahaya Ilahi, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, hardcover, Rp 115.000.
4)      An-Nafais Al-Uluhiyah (Guru Sufi Menjawab), softcover,harga Rp 54.000.
5)      SUNAN GUNUNG JATI: Petuah, pengaruh dan Jejak-jejak Sang Wali, karya Prof Dr. Dadan Wildan, softcover, Rp 55.000.
6)      Wasiat-wasiat Sufistik HASAN AL-BASHRI, softcover, Rp 25.000.
7)      Minhajul-‘Abidin, karya Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 110.000.
8)      Kitab At-Tawbah (dari Ihya Ulumuddin), Rahasia Tobat, Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 59.000.
9)      Kitab Ash-Shabr (dari Ihya Ulumuddin), Terapi Sabar, Imam Al-Ghazali, hardcover Rp 59.000.
10)   Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, hardcover, Rp 55.000.
11)   Asy-Syamaa’il Al-Muhammadiyah, Kepribadian Rasulullah SAW, Imam At-Tirmidzi,hardcover, Rp 68.000.
Untuk pemesanan hubungi Ibu Ina, via sms/wa: 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim

MENGENAL KESADARAN JIWA DENGAN AL-QU’RAN




Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pada penutup Surah Al-Baqarah dalam Tafsir Al-Jailani mengatakan:
“Wahai pengikut Muhammad yang selalu bertawajuh menuju tauhid Dzat Allah, semoga Allah melapangkan dadamu dan memudahkan urusanmu. Sesuai kemampuanmu, engkau harus mengambil sesuatu untuk dirimu dari Surah (Al-Baqarah dalam Al-Qur’an) yang mencakup semua tuntutan agama dan martabah yaqin.
Pertama, engkau harus berusaha menyingkirkan ketergantunganmu dari dunia dan isinya. Engkau harus menolak segala kelezatan dan syahwatnya, lalu bertawajuhlah kepada Allah dengan segenap kalbumu menuju tauhid Tuhanmu. Sembari membuka khazanah kemurahan-Nya dan wujud-Nya yang ada di dalam kalbumu. Engkau harus mampu menundukkan keadaan dan tindakanmu dari segala hal yang tidak berguna bagimu.
 Engkau harus lari dari pertemanan dengan siapapun yang dapat membahayakan dan menyesatkanmu! Engkau harus mengejar pencapaian tangga tauhid, tangga tajrid (penyucian zahir-batin menggapai ridha-Nya), dan tangga tafrid (penguatan kesadaran keesaan Tuhan dari segala sesuatu selain-Nya), serta sambil menyingkirkan semua keberbilangan dan belenggu selain al-Haqq.
Engkau harus menghirup embusan kelembutan-Nya dan tiupan kekudusan-Nya, menenangkan diri dengan napas rahmat-Nya, menyingkap berbagai rahasia rububiyah-Nya, dan mengikuti petunjuk-Nya dengan mengikuti Nabi-Nya yang diciptakan dengan citra-Nya, yang diutus kepada semua makhluk-Nya. Nabimu yang telah menuntun makhluk menggunakan kitab-Nya yang diturunkan kepadanya, yang menghimpun semua hikmah, pelajaran, ibarat, simbol-simbol, dan berbagai isyarat yang ada di dalam kitab-kitab terdahulu. Semua yang ada pada Nabimu berasal dari-Nya, untuk menjadi petunjuk bagi orang-orang yang tersesat dalam cakrawala wujudnya sendiri, dan bagi orang-orang yang tenggelam dalam gelombang samudera kebaikan dan kemurahan-Nya.
Wahai murid yang menempuh suluk jalan kebenaran, engkau harus selalu berpegang pada kitab Al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalam petunjuknya ini. Kitab yang tak ada keraguan sedikit pun bagi siapa saja yang beriman kepada diri yang gaib, senantiasa bertawajuh kepada-Nya, dengan selalu menghindarkan hasratmu dari segala hal yang dapat membuatmu lupa kepada Tuhanmu.
Engkau harus selalu bergerak menuju tujuan dan keinginanmu. Dengan segenap jati dirimu, engkau harus mampu menunjukkan semua hakikat, makrifat, hikmah, hukum, kisah-kisah, dan peringatan yang ada di dalam Kitab Al-Qur’an. Karena, tidak ada satu huruf pun dari semua huruf yang ada di dalam Kitab ini, melainkan ia mengandung makna yang jangkauannya hanya diketahui Allah; tanpa ada kebatilan yang menyusup ke dalamnya, baik dari depan maupun dari belakangnya, karena semuanya turun dari Sang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Ketika membaca Al-Qur`an, engkau harus menyucikan lahir dan batinmu dari segala bentuk kemanusiaanmu, sehingga engkau akan menghilang dari dirimu sendiri dan seluruh jati diri dan keberadaanmu akan fana, sehingga Tuhanmu dapat langsung berbicara kepadamu lewat ucapan dan firman-Nya.
Ketika hâl semacam ini telah melingkupi dirimu, dan ia telah menjadi akhlak-perilakumu, maka engkau pasti akan mendapatkan anugerah dari bacaanmu itu.
Ketika engkau membaca Al-Qur`an, janganlah engkau lalai dari inti isyarat yang disampaikannya dan berusahalah kau teliti setiap riwayat dan kandungannya.
Jika engkau berhasil membersihkan dirimu dari segala bentuk penghalang, dan engkau berhasil menjernihkan jiwamu dari segala penghalang, niscaya engkau akan mendapatkan bimbingan dari Al-Qur`an sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan bagi-Mu dalam ilmu-Nya. Karena Dia Mahakuasa atas segala yang Dia kehendaki, sehingga engkau berhak dan layak atas ijabah dari-Nya.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Tafsir Al-Jailani, terj. Tim Markaz Al-Jailani.


--------------------------------------------
Kami membantu untuk mendapatkan kitab-kitab terjemah yang membahas makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat. Antara lain:
1)      Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Jailani, terjmh KH Zezen ZA Bazul Asyhab, hardcover, Rp 65.000.
2)      Tafsir Al-Jailani, karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani trjemah Tim Markaz Al-Jailani (2 jilid/6 Juz), hardcover, Rp 230.000.
3)      Fath Ar-Rabbani, Meraih Cahaya Ilahi, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, hardcover, Rp 115.000.
4)      An-Nafais Al-Uluhiyah (Guru Sufi Menjawab), softcover,harga Rp 54.000.
5)      SUNAN GUNUNG JATI: Petuah, pengaruh dan Jejak-jejak Sang Wali, karya Prof Dr. Dadan Wildan, softcover, Rp 55.000.
6)      Wasiat-wasiat Sufistik HASAN AL-BASHRI, softcover, Rp 25.000.
7)      Minhajul-‘Abidin, karya Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 110.000.
8)      Kitab At-Tawbah (dari Ihya Ulumuddin), Rahasia Tobat, Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 59.000.
9)      Kitab Ash-Shabr (dari Ihya Ulumuddin), Terapi Sabar, Imam Al-Ghazali, hardcover Rp 59.000.
10)   Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, hardcover, Rp 55.000.
11)   Asy-Syamaa’il Al-Muhammadiyah, Kepribadian Rasulullah SAW, Hakim At-Tirmidzi,hardcover, Rp 68.000.
Untuk pemesanan hubungi Ibu Ina, via sms/wa: 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim