Syekh Ibnu Atha'illah mengungkapkan, "Syekh Abu Al-Hasan Al-Syadzili
r.a. didatangi beberapa fukaha (para ahli fikih) dari kota Iskandariyah.
Mereka datang untuk menguji Syekh. Beliau mencermati semua dari mereka
lalu bertanya, 'Wahai fakih, apakah kalian menunaikan shalat?' Mereka
menjawab, 'Ya Syekh, mungkinkah ada di antara kami yang tidak shalat?!'
Syekh menegaskan, 'Allah berfirman, "Manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh-kesah. Kalau ditimpa musibah, ia gelisah dan kalau mendapat kebaikan ia kikir, kecuali orang yang shalat." Nah, apakah keadaan kalian seperti itu? Jika mendapat musibah, kalian tidak gelisah dan kalau mendapat kebaikan kalian tidak kikir?' Mereka terdiam. Lalu beliau melanjutkan, 'Kalau begitu, kalian belum shalat.'"
Syekh menegaskan, 'Allah berfirman, "Manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh-kesah. Kalau ditimpa musibah, ia gelisah dan kalau mendapat kebaikan ia kikir, kecuali orang yang shalat." Nah, apakah keadaan kalian seperti itu? Jika mendapat musibah, kalian tidak gelisah dan kalau mendapat kebaikan kalian tidak kikir?' Mereka terdiam. Lalu beliau melanjutkan, 'Kalau begitu, kalian belum shalat.'"
Kisah yang
disampaikan oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam ungkapan hikmahnya ini
menegaskan manfaat shalat. Selain mencegah perbuatan keji dan mungkar,
shalat juga menjadi obat bagi hati agar tidak gelisah dan resah, serta
selalu rida kepada Allah. Sebab, hati orang yang shalat selalu terhubung
kepada Allah. Ia tidak meminta kepada selain Dia, tidak takut kepada
selain Dia, serta selalu memuji Allah, saat senang maupun susah.
Jika mendapat musibah, ia mengucap inna lillah wa inna ilayhi raji'un. Ia menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. Sebab, segala sesuatu berada di tangan-Nya. Apabila Allah menganugerahinya nikmat, ia memberi kepada fakir miskin apa yang menjadi hak mereka. Ia menunaikan zakat dan bersedekah di jalan Allah. Semua itu dilakukan untuk meraih rida Allah Swt."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj Al-'Arus
Jika mendapat musibah, ia mengucap inna lillah wa inna ilayhi raji'un. Ia menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt. Sebab, segala sesuatu berada di tangan-Nya. Apabila Allah menganugerahinya nikmat, ia memberi kepada fakir miskin apa yang menjadi hak mereka. Ia menunaikan zakat dan bersedekah di jalan Allah. Semua itu dilakukan untuk meraih rida Allah Swt."
--Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Taj Al-'Arus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar