DIALOG SOR BAUJAN (Di bawah Pohon Trembesi)
Salik
(S):Mengapa Rasulullah beristigfar berkali-kali dalam sehari?
Matin (M): Karena Nabi juga manusia biasa.
S: Bukankah Nabi itu ma'sum (terjaga)?
M: Ya. Beliau sangat sadar bahwa dirinya hanya seorang hamba.
S: Maksudnya?
M:Dia sangat sadar bahwa sebagai manusia biasa pasti akan melakukan kesalahan, disadari atau tidak.
S: Loh, kalau begitu beliau tidak ma'sum dong?
M: Justru karena beliau ma'sum, jadi sangat hati-hati. Tidak seperti kita, baru mendapat pengawal pribadi, kemudahan akses dan fasilitas saja sudah sombongnya minta ampun.
S: Lalu, letak istigfarnya untuk apa jika beliau pasti diampuni dan pasti dijaga oleh Allah?
S: Istigfar itu bentuk penghambaan dan pengakuan kita sebagai hamba, yang lemah dan tak berdaya.
S: Jadi, semakin seseorang memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka ia akan semakin menghamba di depan Tuhan?
M: Yup. Semua Nabi beristigfar, selalu dan selalu menunjukkan di depan Allah bahwa mereka lemah.
S: Bukan hanya istigfar karena telah melakukan salah dan dosa saja?
M: Betul.Sebab, istigfar adalah bentuk penghambaan.
S: Ada analogi yang paling cocok nggak untuk menggambarkan hal itu? Sorry, masih bingung.
M: Begini Bro, misalnya ada 2 batang lempengan magnet. Satu magnet kita ibaratkan Tuhan dan magnet yang lain kita ibaratkan makhluk.Nah,lempengan magnet pasti 2 kutub berbeda; utara dan selatan. Kalau kita katakan utara adalah benar dan selatan adalah salah. Maka, magnet Tuhan pasti selalu mengarahkan pada utara. Sebab Tuhan selalu benar. Lalu, jika seorang makhluk datang dan mendekati Allah dengan selalu merasa benar atau mengarahkan kepada Tuhan dengan kutub utara kepada Allah, maka ia akan mental, sebab Dia selalu pada posisi utara (benar).
S: Hahahaha.Bisa saja?!
M: Jadi, seseorang harus membalikkan diri dan mengakui kesalahan dan kelemahan saat mendekati dan mengarahkan kepada Allah, yakni dengan kutub selatan. Agar langsung nempel dan melekat dengan kutub utara Tuhan. Ia akan bersatu.
S: Hahahaha. Bener-benar. Tapi, apakah kita harus salah dulu?
M: Bukan, tapi mengakui kesalahan, kebodohan, kelalaian dan kelemahan bahwa kita hanyalah hamba Allah. Sebab, kita hanya manusia biasa, tak punya alat deteksi kesalahan seperti malaikat. Pasti akan ada kesalahan dalam diri kita. Apa pun itu.
S: Jadi, sebenarnya istigfar Nabi salah satunya karena alasan itu.
M: ya ini hanya pendapat saya. Lo kan tanya gua?!
S: Lalu, kalau kita pakai kutub selatan dan Tuhan kutub utara, kita kan nempel atau bersatu?
M: Menempel dan menyatu.
S: Jadi, ketika kutub selatan kita menempel pada kutub utara Tuhan, maka kutub utara kita jadi kutub utara Tuhan dong?
M: hehehehe.
S: hmmmm. Nanti dulu.
M: Coba saja!
S: Iya...iya...
M: Kenapa?
S: Makanya, Al-Quran dan Hadis pernah menyebutkan bahwa Tuhan akan menjadi telinga apa yang kita dengar, menjadi mata apa yang kita lihat.
M: Betul. Jadi, akui saja bahwa kita ini pasti salah, dosa, lemah, kecil dan tidak ada apa-apa di depan Allah. Jika itu bisa dilakukan, maka langsung menempel.
S: Astagfirullah-al-azhim. Astagfirullah. Astagfirullah.
Matin (M): Karena Nabi juga manusia biasa.
S: Bukankah Nabi itu ma'sum (terjaga)?
M: Ya. Beliau sangat sadar bahwa dirinya hanya seorang hamba.
S: Maksudnya?
M:Dia sangat sadar bahwa sebagai manusia biasa pasti akan melakukan kesalahan, disadari atau tidak.
S: Loh, kalau begitu beliau tidak ma'sum dong?
M: Justru karena beliau ma'sum, jadi sangat hati-hati. Tidak seperti kita, baru mendapat pengawal pribadi, kemudahan akses dan fasilitas saja sudah sombongnya minta ampun.
S: Lalu, letak istigfarnya untuk apa jika beliau pasti diampuni dan pasti dijaga oleh Allah?
S: Istigfar itu bentuk penghambaan dan pengakuan kita sebagai hamba, yang lemah dan tak berdaya.
S: Jadi, semakin seseorang memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka ia akan semakin menghamba di depan Tuhan?
M: Yup. Semua Nabi beristigfar, selalu dan selalu menunjukkan di depan Allah bahwa mereka lemah.
S: Bukan hanya istigfar karena telah melakukan salah dan dosa saja?
M: Betul.Sebab, istigfar adalah bentuk penghambaan.
S: Ada analogi yang paling cocok nggak untuk menggambarkan hal itu? Sorry, masih bingung.
M: Begini Bro, misalnya ada 2 batang lempengan magnet. Satu magnet kita ibaratkan Tuhan dan magnet yang lain kita ibaratkan makhluk.Nah,lempengan magnet pasti 2 kutub berbeda; utara dan selatan. Kalau kita katakan utara adalah benar dan selatan adalah salah. Maka, magnet Tuhan pasti selalu mengarahkan pada utara. Sebab Tuhan selalu benar. Lalu, jika seorang makhluk datang dan mendekati Allah dengan selalu merasa benar atau mengarahkan kepada Tuhan dengan kutub utara kepada Allah, maka ia akan mental, sebab Dia selalu pada posisi utara (benar).
S: Hahahaha.Bisa saja?!
M: Jadi, seseorang harus membalikkan diri dan mengakui kesalahan dan kelemahan saat mendekati dan mengarahkan kepada Allah, yakni dengan kutub selatan. Agar langsung nempel dan melekat dengan kutub utara Tuhan. Ia akan bersatu.
S: Hahahaha. Bener-benar. Tapi, apakah kita harus salah dulu?
M: Bukan, tapi mengakui kesalahan, kebodohan, kelalaian dan kelemahan bahwa kita hanyalah hamba Allah. Sebab, kita hanya manusia biasa, tak punya alat deteksi kesalahan seperti malaikat. Pasti akan ada kesalahan dalam diri kita. Apa pun itu.
S: Jadi, sebenarnya istigfar Nabi salah satunya karena alasan itu.
M: ya ini hanya pendapat saya. Lo kan tanya gua?!
S: Lalu, kalau kita pakai kutub selatan dan Tuhan kutub utara, kita kan nempel atau bersatu?
M: Menempel dan menyatu.
S: Jadi, ketika kutub selatan kita menempel pada kutub utara Tuhan, maka kutub utara kita jadi kutub utara Tuhan dong?
M: hehehehe.
S: hmmmm. Nanti dulu.
M: Coba saja!
S: Iya...iya...
M: Kenapa?
S: Makanya, Al-Quran dan Hadis pernah menyebutkan bahwa Tuhan akan menjadi telinga apa yang kita dengar, menjadi mata apa yang kita lihat.
M: Betul. Jadi, akui saja bahwa kita ini pasti salah, dosa, lemah, kecil dan tidak ada apa-apa di depan Allah. Jika itu bisa dilakukan, maka langsung menempel.
S: Astagfirullah-al-azhim. Astagfirullah. Astagfirullah.
Ikuti terus renungan hikmah di Tasawuf
Underground, kunjungi: www.facebook.com/tasawufunderground