Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Jala Al-Khathir
mengatakan bahwa Allah Ta’ala telah berfiman dalam salah satu firman-Nya yang
diwahyukan melalui hadis qudsi: “Telah berdustalah orang yang mengaku
mencintai-Ku, tetapi pergi tidur dan melupakan Aku begitu malam menjelang.”
Jika engkau adalah salah seorang dari mereka yang mencintai
Allah, niscaya engkau akan tetap bangun dan berjaga malam, dan kalaupun engkau
tidur, itu hanya akan terjadi karena kantuk telah menyerangmu dengan kekuatan
yang tak tertahankan. Sang pencinta (muhibb) berada di bawah
beban tekanan dan ketegangan, sedangkan sang kekasih (mahbûb) merasa
tenang dan nyaman. Sang pencinta adalah orang yang mencari (thâlib), sedangkan
sang kekasih adalah orang yang dicari (mathlûb).
Nabi Saw. diriwayatkan telah bersabda: “Allah akan mengatakan kepada Jibril: Jadikanlah si fulan
tidur, dan jadikanlah si fulan (yang lain) bangun.”
Ada dua cara untuk memahami firman Allah ini. Yang pertama:
“Jadikanlah orang tertentu—sang pencinta—bangun, dan jadikanlah orang yang
lain—sang kekasih—tidur. Yang disebut pertama telah mengaku bahwa dia
mencintaiku; jadi aku harus memeriksanya dan menempatkannya di tempatnya yang
selayaknya, daun-daun keberadaanya bersama siapa pun selain Aku berguguran
darinya.
Jadikanlah Dia bangun, sampai bukti pengakuannya dikukuhkan,
dan cintanya dikukuhkan. Dan jadikanlah orang tertentu yang lain tidur, sebab
dia adalah kekasih-Ku, dia telah lama bekerja keras. Tidak ada satu jejak pun yang tertinggal padanya dari orang selain
Aku. Cintanya kepada-Ku telah menajdi tunggal, dan telah kukuhlah pengakuan,
bukti dan pemenuhannya terhadap perjanjian-Ku. Sekarang adalah giliranku untuk
memenuhi perjanjiannya.
Dia adalah tamu, dan seorang tamu tidaklah disuruh bekerja
dan melayani. Aku akan membiarkannya tidur di kamar penjagaan-Ku yang lemah
lembut, dan aku akan membiarkannya duduk di meja anugerah-Ku. Aku akan
menjamunya dalam kedekatan-Ku dan Aku akan memindahkannya dari hadapan
orang-orang lain selain Aku. Cintanya telah terbukti asli, dan manakala cinta
itu otentik, maka formalitas ditiadakan.”
Penafsiran yang lain adalah: “Jadikanlah si fulan tidur,
karena tujuannya dalam menyembah-Ku adalah untuk memperoleh perhatian dari
sesama makhluk. Dan bangunkanlah si fulan yang lain, sebab tujuannya dalam
meyembah-Ku adalah untuk memperoleh anugerah-Ku. Jadikanlah si fulan tidur;
sebab aku tidak menyukai suaranya, dan jadikanlah si fulan yang lain bangun,
sebab Aku senang mendengar suaranya.”
Sang pencinta menjadi yang dicintai hanya apabila hatinya
telah tersucikan dari segala sesuatu kecuali Junjungannya Yang Maha Kuasa lagi
Maha Agung, hingga ia tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan-Nya lagi dan
kembali kepada yang lain. Jalan bagi hatinya untuk mencapai kedudukan (maqâm)
ini adalah dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban agama (farâ’idh) menjauhi
hal-hal yang haram dan nafsu badaniah (syahwât), memperoleh hal-hal yang
diperbolehkan (mubâh) dan halal tanpa nafsu (hawâ) dan
keterlibatan (wufûd), dan praktik yang sehat dalam menjauhi hal-hal yang
haram (waraʽsyâfî) dan zuhud yang sempurna. Ia adalah
meninggalkan segala sesuatu selain Allah, menentang diri rendah (nafs), nafsu
(hawâ) dan setan, pembersihan hati dari semua makhluk, dan bersikap tak
acuh baik terhadap pujian maupun celaan, terhadap penerimaan hadiah ataupun
tidak menerima, dan terhadap kehidupan keras di padang pasir ataupun kenyamanan
yang berperadaban.
Tahap pertama urusan ini adalah bersaksi bahwa tidak ada
yang patut disembah kecuali Allah, dan tahap yang terakhir adalah sikap tak
acuh dan tidak membeda-bedakan antara kehidupan yang keras dan kehidupan yang
berperadaban. Manakala hati seseorang sehat, maka dia begitu terkait dengan
Tuhannya sehingga padang belantara dan kota, pujian dan celaan, sakit, dan
sehat kekayaan dan kemiskinan, keberhasilan dan kegagalan duniawi semuanya tak
ada bedanya sejauh menyangkut dirinya.
Manakala seseorang secara asli telah mencapai tahap ini,
maka dia mengalami kematian diri rendahnya (nafs) dan nafsunya (hawâ),
dorongan-dorongan alamiahnya berhenti bergejolak, dan setannya menjadi
tunduk kepadanya. Dunia dan para pemiliknya menjadi tidak penting dalam
hatinya, sementara akhirat dan para pemiliknya memperoleh kepentingan besar
dalam pandangannya.
Kemudian dia berpaling dari kedua dunia ini dan bergerak
menuju Junjungannya. Hatinya menemukan jejak di tengah-tengah para makhluk (khalq)
yang dengannya ia bisa sampai kepada kebenaran. Mereka menyisih untuknya ke
kanan dan ke kiri, mundur dan memberikan jalan kepadanya, mereka lari menjauhi
api kebenarannya (shidq) dan
kemuliaan yang menggetarkan dari wujud terdalamnya (sirr). Sekarang dia
dipandang besar di kerajaan spiritual. Semua makhluk berada di bawah kaki hatinya
dan mendapatkan perlindungan dalam bayang-bayangnya.
Engkau tidak terbimbing dengan benar. Engkau mengklaim
sesuatu yang bukan milikmu dan yang tidak engkau miliki. Diri rendahmu
mengendalikanmu, dan makhluk-makhluk dan semua isi dunia ini berada dalam hatimu.
Dalam hatimu, mereka lebih besar daripada Allah. Engkau berada di luar batas
manusia-manusia (pilihan Tuhan) dan penilaian mereka. Jika engkau ingin
mencapai apa yang telah kuisyaratkan, engkau harus memusatkan perhatianmu
kepada penyucian hatimu dari segala sesuatu.”
“Celakalah Engkau! Engkau membutuhkan sesuap makanan, engkau
kehilangan sesuatu yang remeh, atau engkau mengalami hinaan terhadap
kehormatanmu—dan bagimu itu sudah berarti kiamat! Engkau memprotes terhadap
Allah. Engkau menuruti nafsu kemarahanmu dengan memukuli isteri dan
anak-anakmu. Engkau mengutuk agamamu dan Nabimu. Seandainya engkau seorang yang
berakal sehat, salah satu dari orang-orang berjaga dan sadar, niscaya engkau
akan menahan lidahmu di hadapan Allah. Engkau akan memandang semua tindakan-Nya
sebagai berkah untuk kemanfaatan dan kepentinganmu.
Engkau harus selalu ingat laparnya orang-orang yang
kelaparan, telanjangnya orang-orang yang tak mempunyai pakaian, sakitnya
orang-orang yang sakit, dan nestapa orang-orang yang terpenjara. Dengan
demikian, engkau akan lebih memandang remeh cobaan-cobaan dan penderitaan yang
kau alami sendiri. Engkau harus ingat akan ilmu yang dimiliki Allah tentang
dirimu, perhatian-Nya terhadap kesejahteraanmu, dan takdir yang telah
ditetapkannya bagimu.
Dengan begitu, engkau akan merasa malu di hadapan-Nya.
Manakala hal-hal menjadi sangat sulit bagimu, engkau harus merenungi
dosa-dosamu, berpaling darinya dan bertobat, dan berkata kepada diri rendahmu:
“Karena dosamu, Tuhan Yang Maha Benar telah membuat hidup menjadi sulit bagimu.
Jika engkau bertobat atas dosa-dosamu dan melaksanakan kewajibanmu, Tuhan akan
menganugerahkan kepadamu jalan keluar dari setiap masalah dan setiap kesulitan
yang sangat rumit; sebagaimana Dia telah mengatakan: “Dan barangsiapa bertakwa
kepada Allah, maka Allah akan mempersiapkan jalan keluar baginya, dan Dia akan
memberikan rezeki kepadanya dari sumber-sumber yang tidak disangka-sangkanya.
Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan
(keperluan)-nya,” (QS 65:2-3).
Orang yang berakal sehat adalah orang yang benar-benar
jujur, dan yang segera bisa dibedakan dari orang-orang pendusta dikarenakan
keujujurannya (shidq). Engkau harus menempatkan kejujuran di tempat
ketidakjujuran, ketabahan di tempat ketakutan, gerakan maju ke depan di tempat
kemunduran, kesabaran di tempat kekhawatiran dan kecemasan, sikap bersyukur di
tempat ketidakbersyukuran, penerimaan yang gembira di tempat ketidakpuasan,
persetujuan di tempat protes, dan keyakinan di tempat keraguan. Jika engkau
siap untuk tunduk dan tidak memprotes,
jika engkau bersyukur dan sama sekali tidak kufur, jika engkau mudah
disenangkan dan tidak suka mengomel, dan jika engkau merasa yakin dan tidak
ragu: “Tidakkah Allah akan mencukupi (kebutuhan) hamba-Nya?” (QS
Al-Zumar (39) :36)
Semua yang kau urusi dan engkau terlibat di dalamnya adalah
kotololan yang gila. Allah tidak memberikan perhatian kepadanya. Urusan ini
tidak terjadi melalui tindakan-tindakan jasad. Nabi kita Muhammad Saw.
mengatakan: “Zuhud itu di sini. Takwa itu di sini. Ketulusan (ikhlâs) itu
di sini.” seraya menunjuk ke dadanya.
Jika seseorang menginginkan keberhasilan, hendaklah ia
menjadi sepotong tanah di bawah telapak kaki para syaikh. Bagaimana sifat para
syaikh ini? Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan dunia ini dan semua
makhluk, yang telah mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, yang telah
mengucapkan selamat tinggal kepada segala sesuatu yang ada di bawah Tahta
Langit (‘arsy) hingga permukaan bumi, yang telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengucapkan kepada mereka ucapan selamat tinggal dari orang yang
tidak akan kembali lagi kepada mereka.
Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada semua makhluk,
termasuk diri mereka sendiri. Keberadaan mereka adalah bersama Tuhan mereka
dalam semua keadaan (ahwâl) mereka. Jika orang mencari cinta
Tuhan bersama dengan keberadaan dirinya sendiri, berarti dia tertipu oleh
angan-angannya sendiri.
Apabila seseorang sepenuhnya murni dalam zuhudnya dan
pengukuhannya atas tauhid, maka dia tidak melihat tangan-tangan makhluk ataupun
keberadaan mereka. Dia tidak melihat si pemberi selain Tuhan, dan dia tidak
melihat dzat yang dermawan dan pemurah hati selain dari-Nya.”
“Betapa besar kebutuhan kalian, wahai pencinta dunia! Betapa
sangat besarnya kebutuhan kalian semua untuk mendengarkan kata-kata ini! Betapa
besar kebutuhan kalian, wahai orang-orang yang hendak menjauhi kejahilan!
Betapa sangat besarnya kebutuhan kalian semua untuk mendengarkan kata-kata ini!
Mayoritas dari orang-orang yang berperilaku seperti zâhîd (mutazahhidîn)
dan ahli ibadah (mutaʽabbidîn)
sesungguhnya adalah budak-budak makhluk, yang mereka perlakukan seolah-olah
mereka adalah sekutu-sekutu Allah.
Wahai engkau yang mengabdi dengan tulus kepada Tuhan, tanpa
melakukan kemusyrikan terhadap-Nya, engkau harus mendekati pintu Tuhanmu dan
mengambil posisimu di sebelah-Nya. Engkau tidak boleh mencoba lari manakala
datang nasib yang malang. Apabila engkau telah mengambil posisimu di pintu-Nya,
dan malapetaka mengancam untuk menyusulmu dari belakangmu, engkau harus
berpegang kuat-kuat pada pintu itu, sebab dengan demikian malapetaka itu akan
terusir darimu oleh kekukuhan tauhidmu dan sifat benarmu yang menggetarkan.
Karena itu, manakala nasib malang mengancam akan menyusulmu, engkau harus
mempraktikkan kesabaran dan ketabahan, sambil membaca firman-Nya: “Dan Allah
mengukuhkan mereka yang beriman dengan ucapan yang kukuh dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat (QS Ibrâhîm (14) : 27). “Maka Allah akan memelihara kamu dari
neraka. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui,” (QS Al-Baqarah (2):137).
Engkau juga harus sering-sering mengucapkan kata-kata (Nabi
Saw.): “Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung (lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil
‘azhîm).”
Engkau harus sering-sering memohon ampun (istighfâr),
mensucikan (tasbîh) Tuhan, dan mengingat-Nya dengan ketulusan
yang jujur (shidq). Jika engkau melakukan ini semua, engkau akan aman
dari tentara bencana dan bala tentara diri-diri rendah (nufûs), hawa
nafsu (hawâ) dan setan.
Betapa sering aku berusaha membuatmu menyadari, tetapi tetap saja engkau tidak
memahami masalahnya..“Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka sungguh dia adalah orang yang terbimbing
lurus (QS Al-A‛râf (7) :178)
“Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka sungguh tidak
ada pemandu baginya (QS Al-A‛râf (7):186). “Dan
barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada orang yang akan
dapat menyesatkannya (QS Al-Zumar (39) : 37).
Nabi kita Muhammad Saw. tetap berharap bahwa mereka yang
telah tersesat bisa menerima petunjuk yang benar, dan beliau sangat
menginginkan hal ini sehingga Allah mewahyukan kepada beliau: “Sesungguhnya
engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, tetapi
Allah-lah yang membimbing siapa yang dikehendaki-Nya (QS Al-Qashash (28) : 56).
Ketika itulah beliau Saw. berkata: “Aku telah diutus untuk
menawarkan petunjuk, tetapi (penerimaan) petunjuk itu tidak ada kaitannya
denganku. Dan iblis menyediakan godaan, tetapi penyimpangan dari jalan yang
benar tidak ada kaitannya dengan dia.”
Adalah keyakinan yang kuat dari orang-orang yang mengikuti
kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya Saw. bahwa pedang tidaklah memotong karena
sifatnya, tetapi bahwa Allah-lah yang memotong dengannya; bahwa api tidaklah
membakar karena sifatnya, tetapi Allah-lah yang menggunakannya untuk membakar;
bahwa makanan tidaklah menghilangkan rasa lapar dikarenakan sifatnya, tetapi
Allah-lah yang menggunakannya untuk menghilangkan rasa lapar kita; bahwa air
tidaklah menghilangkan rasa haus dikarenakan sifatnya, tetapi Allah-lah yang
menghilangkan rasa haus kita dengannya.
Begitu pula dengan semua sarana material dalam berbagai
bentuknya. Allah adalah yang mengendalikan dan menggunakannya, sementara
sarana-sarana tersebut hanyalah alat di tangan-Nya, yang dengannya Dia
melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Ketika Ibrahim a.s., sahabat khusus Allah, dilemparkan ke
dalam api besar yang berkobar-kobar, dan Tuhan tidak menghendaki dia terbakar
hangus oleh panasnya, maka Dia memberlakukan kepadanya keadaan dingin dan
damai. Kita tahu, dari hadis shahih yang telah sampai kepada kita, bahwa Nabi
Saw. pernah mengatakan: “Pada hari kiamat nanti, neraka akan berkata:
“Lewatlah, wahai orang beriman, sebab cahayamu telah memadamkan kobaran apiku!”
Seorang budak mungkin perlu dipukul dengan tongkat, tetapi
anggukan kepala saja sudahlah cukup untuk mengatakan kepada seorang merdeka apa
yang diminta darinya.”
“Wahai hamba-hamba Allah, kalian harus melaksanakan dengan
setia lima kali shalat dalam sehari semalam pada waktu-waktunya yang telah
ditentukan. Kalian harus melaksanakannya dengan memenuhi semua syarat-syaratnya
dan semua rukun-rukunnya. Kalian tidak boleh melaksanakannya dengan lalai,
kalian pasti sudah pernah mendengar kata-kata Allah: “Maka celakalah
orang-orang yang shalat, yang lalai akan shalat mereka (QS Al-Mâ‛ûn (107):
4-5).
Ibn ‘Abbâs r.a pernah mengatakan (untuk menjelaskan hal yang
tampaknya paradoks itu): “Demi Allah! Bukanlah yang dimaksud itu adalah bahwa
mereka meninggalkan shalat sama sekali, melainkan bahwa mereka menunda-nundanya
hingga keluar dari batas-batas waktunya yang telah ditentukan.”
Bertobatlah, sebab dengan demikian Allah akan melimpahkan
rahmat-Nya kepada kalian. Dan benar-benar setialah kepada kewajiban kalian
begitu kalian telah diberi ganjaran atas taubat kalian. Bertaubatlah dari
perilaku kalian yang salah di masa lalu. Bertaubatlah, wahai kalian yang telah
menunda-nunda shalat hingga keluar batas waktunya. Wahai kalian yang melakukan
penafsiran yang palsu (ta’wîl) dan mengambil argumentasi yang menipu
yamg dikemukakan oleh setan!
Wahai kalian yang membiarkan diri ditipu oleh cara-caranya
yang mengkhianati! Janganlah kalian mengira diri kalian kebal terhdap hukuman
neraka. Janganlah kalian tertipu, sebab kalian mungkin dihukum bahkan di dunia
ini—dengan kebutaan, ketulian dan sakit yang kronis, dengan kemiskinan yang
disertai tidak adanya kesabaran untuk menghadapinya, dan dengan ketergantungan
pada orang lain di saat orang itu berhati keras terhadap kalian—dan kemudian di
akhirat dihukum dengan api neraka. Semua kesakitan ini dalah hasil buruk dari
tindakan pembangkangan dan dosa. Marilah kita berlindung kepada Allah dari
pembalasan dendam-Nya, dari kemarahan dan kemurkaan-Nya!
Ya Allah, ampunilah kami dan perlakukanlah kami dengan
kelemahlembutan-Mu dan kemurahan-Mu yang mulia, bukan dengan keadilan-Mu!
Anugerahilah kami berkah kepada kehendak-Mu. Amin.
Nabi Saw. diriwayatkan telah mengatakan: “Allah Swt. Telah
menciptakan malaikat-malaikat penyiksa (zabâniyah) di dalam neraka.
Mereka melayani Allah dengan cara melakukan balas dendam terhadap
musuh-musuh-Nya, orang-orang kafir. Jadi, manakala Dia berkehendak untuk
menyiksa seorang kafir, Dia berkata kepada malaikat-malaikat itu: ‘Peganglah
dia!’ Tujuh puluh ribu malaikat dari mereka dengan segera maju ke depan ke arah
orang kafir itu, dan begitu dia jatuh ke tangan salah satu malaikat itu, dia
meleleh bagaikan gajih di dalam api, hingga tak ada sesuatu pun yang tertinggal
pada tubuhnya kecuali lelehan-lelehan. Kemudian Allah mengembalikan tubuhnya
kepada keadaannya yang semula, dan para
malaikat itu lalu mengikatnya dengan belenggu dan rantai api, mengikat kepala dan
kakinya bersama-sama. Kemudian mereka melontarkannya ke dalam api nereka.”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani pernah ditanya oleh seseorang
mengenai pikiran-pikiran yang muncul di benak (khawâthir), lalu beliau
menjelaskan:
“Bagaimana menjelaskan kepadamu apa itu khawâthir?
Khawâthir itu datang dari setan, dorongan alamiah (thabʽ), nafsu (hawâ) dan dunia ini.
Kepentingan atau kepedulianmu (hamm) adalah apa saja yang paling penting
menurutmu. Jenis pikiran-pikiranmu akan sejalan dengan kepentinganmu yang
sedang aktif. Sebuah lintasan pikiran (khâthir) yang diilhami oleh Tuhan
Yang Maha Benar hanya datang ke hati, bebas dari apapun selain Dia. Sebagaimana
telah difirmankan-Nya, “Aku berlindung kepada Allah dari menahan siapa pun
kecuali dia yang padanya kami temukan harta kami,” (QS Yûsuf (12) : 39).
Jika Allah dan ingatan kepada-Nya (dzikr) hadir dalam
dirimu, maka harimu pasti akan dipenuhi dengan kedekatan-Nya, dan
pikiran-pikiran yang disarankan oleh setan, nafsu dan dunia ini semuanya akan
menjauhimu. Ada semacam pikiran yang datang
dari dunia ini dan macam lain yang datang dari akhirat. Ada pikiran yang datang
dari para malaikat, pikiran yang datang dari diri rendah (nafs) dan
pikiran yang datang dari hati. Juga ada pikiran yang datang dari Tuhan Yang
Maha Benar.
Oleh karena itu, adalah perlu bagimu, wahai orang yang benar
(shâdiq), untuk membuang semua pikiran lain dan hanya mengandalkan kepada
pikiran Tuhan Yang Maha Benar. Jika engkau menolak pikiran dari diri renadah,
pikiran nafsu, pikiran setan dan pikiran dunia, maka pikiran akhirat akan
datang kepadamu. Kemudian kamu akan menerima pikiran malaikat, dan akhirnya
pikiran Tuhan. Ini adalah tahap yang terakhir.
Wahai kaumku! Tuhan kebenaran melimpahkan berkah-Nya kepada
kalian agar Dia bisa melihat apakah kalian akan bersyukur ataukah kufur, apakah
kalian akan mengakui ataukah mengingkari, apakah kalian akan taat ataukah
membangkang.
Kalian tidak boleh merasa terlalu gembira dengan situasi di
mana kalian bergelimang dalam pujian orang banyak sementara kesalahan-kesalahan
kalian tetap tersembunyi. Kehinaan akan datang cepat ataupun lambat kepada
orang yang mengatakan:
“Ya Allah, Engkau telah memberiku lebih dari yang patut
kuterima, dan Engkau telah menyebarluaskan kemasyhuran dan reputasiku di
kalangan manusia. Ya Allah, janganlah Engkau hinakan aku di hadapan mereka pada
hari kebangkitan, sebab aku mempunyai kesalahan yang tersembunyi dan nama harum
yang tersebar.”
“Tak ada sesuatu pun yang akan jatuh ke tanganmu dari Tuhan
Yang Maha Benar disebabkan oleh kemunafikanmu, bicaramu yang lancar dan
kefasihanmu, yang membuat mukamu pucat, memunculkan tambalan-tambalan pada
jubahmu yang kumal, membuat pundakmu bungkuk dan membuatmu pura-pura menangis.
Semua hal itu datang dari diri rendahmu (nafs), setanmu, sikap syirikmu
terhadap makhluk-makhluk dan usahamu untuk mendapatkan keuntungan duniawi dari
mereka.
Engkau harus berprasangka baik terhadap orang lain dan
memandang jelek dirimu sendiri. Engkau harus memandang rendah diri rendahmu (nafs)
dan melakukan pengendalian terhadapnya. Ingat-ingatlah hal ini sampai dikatakan
kepadamu: “Berbicaralah tentang nikmat-nikmat Tuhanmu!” Putra Syamʽûn—semoga Allah merahmatinya—biasa mengatakan, manakala dia menerima anugerah karismatik (karâmah):
“Ini adalah penipuan. Ini dari setan. “Dia terus mengatakan itu sampai
kepadanya dikatakan: “Siapa engkau, dan siapa ayahmu? Berbicaralah tentang
anugerah Kami kepadamu!”
Wahai para pecinta! Wahai para pencari! Waspadalah, jangan
sampai kalian kehilangan Tuhan Yang Maha Benar, sebab jika kalian kehilangan
Dia, berarti kalian telah kehilangan segala-galanya. Allah Yang Maha Kuasa dan
Maha Agung mewahyukan kepada ʽȊsâ a.s : “Wahai ʽȊsâ,
waspadalah, jangan sampai engkau kehilangan Aku, sebab jika engkau kehilangan
Aku, berarti engkau telah kehilangan segala-galanya, tetapi jika engkau tidak
kehilangan Aku, berarti engkau tidak kehilangan apa pun.”
Mûsâ a.s mengatakan kepada Tuhannya dalam munajatnya
kepada-Nya: “Wahai Tuhanku, nasihatilah aku!” Maka Dia lalu menjawab: “Aku
menasihatkan kepadamu agar bertawakal kepada-Ku dan mencari-Ku.” Percakapan ini
diulang empat kali, setiap kali dengan permintaan yang sama dari Mûsâ a.s dan
jawaban yang sama pula dari Tuhannya. Tuhan tidak mengatakan kepadanya agar
mencari dunia, ataupun mencari akhirat. Seolah-olah Dia mengatakan kepadanya:
“Aku menasihatkan kepadamu agar taat kepada-Ku dan tidak membangkang kepada-Ku.
Aku menasihatkan kepadamu agar mencari kedekatan-Ku. Aku menasihatkan kepadamu
agar mengukuhkan keesaan-Ku (tauhîd) dan bekerja demi Aku. Aku
menasihatkan kepadamu agar berpaling dari segala sesuatu selain Aku.”
“Wahai kalian pengemis-pengemis yang melarat, kalian harus
menanggung kemelaratan kalian dengan sabar, sebab dengan demikian kesejahteraan
akan datang kepada kalian baik di dunia maupun di akhirat nanti. Nabi Saw.
diriwayatkan telah mengatakan: “Kemiskinan dan kesabaran adalah teman duduk (julasâ’)
Allah di hari kebangkitan, dan orang-orang miskin dan mereka yang bersabar
adalah teman-teman duduk ar-Rahmân (Yang Maha Pengasih), dengan hati mereka
hari ini dan dengan jasad mereka esok.”
Mengenai orang-orang miskin yang kebutuhannya adalah
terhadap Tuhan Yang Maha Benar dan mereka yang bersabar dengan-Nya dan bersikap
tak acuh terhadap semua yang lain, maka hati mereka adalah tenang dan tunduk di
hadirat-Nya. Mereka tidak memberikan perhatian kepada seorang pun selain
kepada-Nya. Kepada mereka, seolah-olah Allah Swt. Mengatakan sebagaimana yang
dikatakan-Nya tentang Mûsâ a.s: Dan kami telah mengharamkan ibu-ibu susu
baginya sebelum itu (QS 28:12).
Apabila hati sehat dan benar-benar mengenal (‘arafa)
Tuhan Yang Maha Benar, maka ia akan menolak untuk mengakui yang lain. Ia akan
menemukan persahabatan yang intim dengan-Nya dan merasa terasing dengan semua
yang lain. Ia akan merasakan kenyamanan di sisi-Nya dan tidak nyaman bersama
siapapun selain-Nya.
Wahai kaumku! Kalian harus ingat akan mati dan apa yang akan
terjadi sesudahnya. Kalian harus mencampakkan keinginan rakus untuk
mengumpulkan hal-hal yang termasuk dalam dunia yang fana ini. Kalian harus
memotong harapan-harapan kalian dan menyedikitkan ambisi-ambisi rakus kalian.
Tidak ada yang lebih buruk bagi kalian daripada harapan-harapan yang
berlebih-lebihan dan ambisi yang rakus.
Nabi Saw. diriwayatkan telah mengatakan:
“Manakala anak Adam mati dan memasuki lubang kubur, maka
empat orang malaikat akan datang ke pinggir kuburannya. Seorang malaikat
berdiri di sisi kepalanya, seorang lagi berdiiri di sebelah kanannya. Seorang
lagi berdiri di sebelah kirinya, dan seorang lagi berdiri di dekat kakinya.
Kemudian malaikat yang berdiri di dekat kepalanya berkata: ‘Wahai anak Adam,
tertinggallah sudah harta benda dan hanya amal perbuatan sajalah yang ada.’
Malaikat yang berdiri di sebelah kanannya akan berkata: ‘Wahai anak Adam, ajal
telah sampai dan hanya harapan-harapan yang masih tinggal.’ Malaikat yang
berdiri di sebelah kirinya akan berkata: ‘Wahai anak Adam, kesenangan-kesenagan
jasadi (syahwât) telah berlalu dan yang tinggal hanyalah
kesukaran-kesukaran (taʽabât).’
Malaikat yang berdiri di dekat kakinya akan berkata: ‘Wahai anak Adam, selamat
kepadamu, jika kamu mencari nafkah dengan cara yang halal dan gemar
bersedekah!”
“Wahai kaumku! Kalian harus belajar dari seruan-seruan ini,
terutama seruan Allah Swt. dan seruan Rasul-Nya Saw. Ya Allah! Saksikanlah
bahwa aku telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyampaikan seruan-seruan kepada
hamba-hamba-Mu, dengan melakukan setiap upaya demi kesejahteraan mereka.
Wahai kalian para pertapa dan orang-orang yang mengasingkan
diri, datanglah ke sini dan cicipilah kata-kataku, walaupun itu hanya satu
huruf saja. Habiskanlah waktu sehari atau seminggu bersamaku, mungkin kalian
akan mempelajari sesuatu yang akan mendatangkan manfaat bagi kalian. Kebanyakan
kalian adalah orang-orang yang tertipu oleh tipuan di dalam tipuan, menyembah
makhluk-makhluk di dalam ruang-ruang ibadah kalian. Urusan ini bukanlah sesuatu
yang muncul hanya dengan duduk di tempat-tempat yang terpencil dengan tidak
mengacuhkan teman. Kalian harus berjalan mencari pengetahuan dan ulama-ulama
yang mempraktikkan ilmu mereka (al ‘ulamâ’ al-‘ummâl), sampai kalian tidak bisa berjalan lebih jauh lagi.
Kalian harus tetap berjalan sampai kaki-kaki kalian tak mau lagi manaati
kalian. Kemudian, manakala kalian telah kehabisan tenaga, kalaian boleh duduk.
Bepergianlah kalian dengan jasad lahir kalian, lalu dengan hati kalian dan
batin (maʽnâ) kalian. Manakala kalian telah
benar-benar lelah baik secara lahir maupun batin dan terpaksa berhenti, maka
kedekatan dengan Allah dan pencapaian kepada-Nya akan datang kepada kalian.
Tak ada satu cicitan pun yang bisa didengar darimu selama
engkau masih merupakan anak ayam yang masih berada di dalam telur. Engkau tidak
memiliki kemampuan berbicara sampai susunan tubuh alamiahmu terbentuk
sepenuhnya, telurmu telah terbuka untuk membebaskanmu, dan engkau telah menjadi
seekor anak ayam di bawah sayap indukmu, di bawah sayap hukum suci (syarîʽah) Nabimu Saw.,
sehingga engkau bisa diberi makanan dan sehingga imanmu bisa tumbuh ke
kesempurnaan.
Begitu engkau telah menerima pelatihan yang selayaknya, maka
engkau akan mengumpulkan rezeki dari anugerah Tuhanmu. Setelah mencapai tahap
ini, engkau akan menjadi seekor ayam jantan bagi ayam-ayam betina. Engkau akan
menghibur mereka dan memperlakukan mereka dengan penuh cinta. Engkau akan
menjadi penjaga yang akan menjaga mereka. Engkau akan berusaha membentengi
mereka dari malapetaka, siap mengorbankan dirimu untuk membela mereka. Manakala
pelayan Allah benar-benar berharga, maka dia akan menanggung beban sesama
makhluk dan memegang peran sebagai poros demi kepentingan mereka (sâra
quthban lahum).
Nabi Saw. diriwayatkan telah mengatakan: “Jika seseorang
belajar, mengamalkan dan mengajar, maka dia akan dipandang besar di kerajaan
langit (malakût).”
Aku akan menggemakan kata-kata Amîrul mu’minîn ‘Alî bin Abi
Thâlib (semoga Allah meridhainya dan memuliakan wajahnya), ketika aku mengatakan
bahwa aku memiliki di dalam diriku simpanan ilmu, yang—jika saja aku bisa
menemukan orang-orang yang layak untuk membawanya—niscaya aku dengan gembira
akan menyebarkannya. Jika saja aku bisa menemukan kualifikasi yang benar pada
diri kalian, niscaya aku tidak akan membiarkan pintu rahasia-rahasia tetap
tertutup. Aku akan membuka pintu-pintunya dan melemparkan kunci-kuncinya
jauh-jauh. Tetapi aku harus menasihati kalian untuk mengamankan apa yang ada
dalam penjagaan kalian.
Kemudian, jika seseorang memintanya dari kalian, kalian
boleh mengungkapkannya sebanyak mungkin. Kalian tidak boleh mengungkapkan
segala sesuatu yang ada dalam penjagaan kalian, sebab ada satu bagian dari
keadaan spiritual (h̲âl) seseorang yang harus tetap menjadi
rahasia. Putra Syam’ûn pernah mengatakan: “Iman adalah satu propinsi dari
kerajaan (al-îmân wilayâh), dan siapa pun yang menginjakkan kaki di
dalamnya, ia berada di situ dengan visa seorang pengunjung.”
Kata-kata seperi ini diucapkan, dipercayai, dan dipraktikkan
hanya oleh seseorang yang mengabdi kepada hukum, berbuat sesuai dengannya, dan
menaatinya dengan tulus. Ini adalah kitab dan sunnah. Demi Allah, sungguh telah
berhasil orang yang menerima pendidikannya dari keduanya, tumbuh menjadi matang
di dalamnya, dan tidak pernah melangkah keluar dari batas-batasnya. Sungguh
telah berjaya dia!
Islam dan iman kalian tidak boleh hanya berupa tiruan-tiruan
yang dipinjam saja. Untuk memastikan hal ini, kalian perlu terus-menerus berada
dalam ketakutan (kalau-kalau kalian membuat Tuhan kalian tidak merasa senang),
terus-menerus berpuasa, shalat dan bangun malam. Inilah sebabnya
manusia-manusia (pilihan Tuhan) terkadang berkelana di padang belantara,
bergabung dengan binatang-binatang buas dan bersaing dengan mereka untuk
mendapatkan rumput-rumput bumi dan air di anak-anak sungai, sementara matahari
menjadi kerai mereka dan lampu mereka adalah bulan dan planet-planet.
Kalian harus melakukan upaya yang benar-benar serius untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban ketaatan dan amalan-amalan kesalahan (qurubât)
sebelum kalian sampai di hadirat-Nya. Janganlah menzalimi diri kalian sendiri
dengan ketidakpatuhan dan sikap kurang ajar terhadap-Nya.
Ya Allah bantulah kami untuk menaati-Mu, jagalah kami dari
membangkang terhadap-Mu, dan: Berilah kami kebaikan di dunia ini, dan
kebaikan pula di akhirat nanti, dan jagalah kami dari siksa neraka! (QS
Al-Baqarah (2) : 201).”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Jala Al-Khathir
--------------------------------------------
Kami membantu untuk mendapatkan kitab-kitab terjemah yang membahas makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat. Antara lain:
Kami membantu untuk mendapatkan kitab-kitab terjemah yang membahas makna syariat, tarekat, makrifat dan hakikat. Antara lain:
1)
Sirrul Asrar (Rasaning Rasa), Syekh Abdul Qadir Jailani,
terjmh KH Zezen ZA Bazul Asyhab, hardcover, Rp 65.000.
2) Tafsir Al-Jailani, karya Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani trjemah Tim Markaz Al-Jailani (2 jilid/6 Juz), hardcover, Rp
230.000.
3)
Fath Ar-Rabbani, Percikan Cahaya Ilahi, Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani, hardcover, Rp 85.000.
4)
An-Nafais Al-Uluhiyah (Guru Sufi Menjawab),
softcover,harga Rp 54.000.
5) SUNAN GUNUNG JATI: Petuah, pengaruh
dan Jejak-jejak Sang Wali, karya Prof Dr. Dadan Wildan, softcover, Rp 55.000.
6)
Wasiat-wasiat Sufistik HASAN AL-BASHRI, softcover, Rp
25.000.
7) Minhajul-‘Abidin, karya Imam Al-Ghazali,
hardcover, Rp 110.000.
8) Kitab At-Tawbah (dari Ihya
Ulumuddin), Rahasia Tobat, Imam Al-Ghazali, hardcover, Rp 59.000.
9) Kitab Ash-Shabr (dari Ihya
Ulumuddin), Terapi Sabar, Imam Al-Ghazali, hardcover Rp 59.000.
10)
Al-Hikam, Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari, hardcover,
Rp 55.000.
11) Asy-Syamaa’il Al-Muhammadiyah,
Kepribadian Rasulullah SAW, Imam At-Tirmidzi,hardcover, Rp 68.000.
Untuk pemesanan hubungi Ibu Ina, via
sms/wa: 08122476797. Harga belum termasuk ongkos kirim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar