Sabtu, 10 Desember 2016

USIR HAWA NAFSU DARI KALBUMU!


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat:
“Keluarkan dirimu dari nafsumu dan jauhilah ia! Lepaskan segala kepemilikanmu dan serahkan semua pada Allah. Jadilah gerbang di pintu kalbumu. Patuhilah perintah-perintah-Nya untuk memasukkan orang-orang yang memang diperintahkan dan diizinkan masuk. Patuhi pula larangan-larangan-Nya untuk mengusir orang-orang yang diperintahkan-Nya untuk kau usir. Jauhi dari pintu kalbumu!

Jangan masukkan hawa nafsu ke dalam kalbumu setelah ia terusir darinya. Pengusiran hawa nafsu dari kalbu adalah dengan menentangnya dan menolak mengikutinya dari segala kondisi. Sedangkan, memasukkannya ke dalam kalbu adalah dengan menuruti kehendaknya dan menyetujuinya.
Janganlah engkau berkehendak selain dengan Kehendak Allah Azza wa Jalla. Kehendak yang kauinginkan selain itu adalah belantara kebodohan yang akan mengantarkanmu pada malapetaka dan kebinasaanmu, juga kejatuhanmu di mata-Nya dan keterjauhanmu dari-Nya.

Maka dari itu, jagalah selalu perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya. Pasrahkan selalu dirimu kepada-Nya dalam segala ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Jangan pernah sekutukan Dia dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Karena itu, janganlah terlalu berambisi tinggi, menginginkan kesenangan dan bersyahwat besar agar dirimu tak menjadi orang yang musyrik.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Allah,” (QS Al-Kahfi [18]: 110).

Syirik bukan hanya terbatas pada penyembahan berhala saja, namun termasuk juga tindak kesyirikan adalah menurutkan hawa nafsumu, memilih sesuatu selain-Nya berupa dunia seisinya, dan segala sesuatu selain-Nya. Jika engkau terhanyut dengan segala sesuatu selain-Nya, maka berarti engkau telah menyekutukan-Nya. Maka, waspaadalah dan jangan terlena, takutlah selalu dan jangan merasa diri aman, telitilah selalu dan jangan lalai, niscaya engkau akan merasa tenang.”

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar