Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memberi nasehat:
“Keluarkan dirimu dari nafsumu dan jauhilah ia! Lepaskan segala
kepemilikanmu dan serahkan semua pada Allah. Jadilah gerbang di pintu kalbumu.
Patuhilah perintah-perintah-Nya untuk memasukkan orang-orang yang memang
diperintahkan dan diizinkan masuk. Patuhi pula larangan-larangan-Nya untuk
mengusir orang-orang yang diperintahkan-Nya untuk kau usir. Jauhi dari pintu
kalbumu!
Jangan masukkan hawa nafsu ke dalam kalbumu setelah ia terusir
darinya. Pengusiran hawa nafsu dari kalbu adalah dengan menentangnya dan
menolak mengikutinya dari segala kondisi. Sedangkan, memasukkannya ke dalam
kalbu adalah dengan menuruti kehendaknya dan menyetujuinya.
Janganlah engkau berkehendak selain dengan Kehendak Allah Azza wa
Jalla. Kehendak yang kauinginkan selain itu adalah belantara kebodohan yang
akan mengantarkanmu pada malapetaka dan kebinasaanmu, juga kejatuhanmu di
mata-Nya dan keterjauhanmu dari-Nya.
Maka dari itu, jagalah selalu perintah-Nya dan jauhilah
larangan-Nya. Pasrahkan selalu dirimu kepada-Nya dalam segala ketentuan yang
telah ditetapkan-Nya. Jangan pernah sekutukan Dia dengan sesuatu pun dari
makhluk-Nya. Karena itu, janganlah terlalu berambisi tinggi, menginginkan
kesenangan dan bersyahwat besar agar dirimu tak menjadi orang yang musyrik.
Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Allah,” (QS Al-Kahfi
[18]: 110).
Syirik bukan hanya terbatas pada penyembahan berhala saja, namun
termasuk juga tindak kesyirikan adalah menurutkan hawa nafsumu, memilih sesuatu
selain-Nya berupa dunia seisinya, dan segala sesuatu selain-Nya. Jika engkau
terhanyut dengan segala sesuatu selain-Nya, maka berarti engkau telah
menyekutukan-Nya. Maka, waspaadalah dan jangan terlena, takutlah selalu dan
jangan merasa diri aman, telitilah selalu dan jangan lalai, niscaya engkau akan
merasa tenang.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Adab As-Suluk wa
At-Tawassul ila Manazil Al-Muluk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar